Rabu, 28 Januari 2009

Ibu Negara Serukan Inisiasi Menyusui Dini


Buat halaman ini dalam format PDF Cetak halaman ini
KESRA--28 AGUSTUS: Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, di Jakarta, menyerukan agar semua pihak memenuhi hak bayi untuk disusui pertama kali oleh ibunya sebelum satu jam pertama sejak kelahiran.

Siaran pers UNICEF yang diterima Antara, Senin, dalam diskusi bersama para penggiat organisasi wanita, dokter, bidan, pimpinan rumah sakit, serta instansi pemerintah terkait, Ibu Negara membahas pentingnya inisiasi menyusui dini. Program yang digagas oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Prof. Meutia Hatta Swasono, itu sekaligus menandai satu tahun Ibu Negara menjadi Duta ASI Nasional dan puncak Bulan ASI di Indonesia.

Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.

Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah "Pediatrics", 22 persen kematian bayi yang baru lahir - yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama - dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran.

Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program "Inisiasi Menyusui Dini" dapat menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran.

Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya. Itu pula sebabnya Inisiasi Menyusui Dini tahun ini menjadi tema "Pekan ASI se-Dunia", sesuai dengan ketetapan yang dikeluarkan oleh Asosiasi ASI Dunia (WABA).

Sayangnya, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 hanya ada empat persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya. Ibu Negara mengimbau semua petugas kesehatan yang terlibat dalam persalinan, termasuk dokter, suster, dan bidan, agar membantu ibu-ibu melaksanakan Inisiasi Menyusui Dinia segera setelah melahirkan.

Sejak tahun 2006 lalu Departemen Kesehatan bersama UNICEF melatih tenaga kesehatan dan kader masyarakat tentang konseling menyusui dengan tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif yang dapat mengurangi masalah kurang gizi serta kematian balita di Indonesia. Menurut Kepala Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Dr. Gianfranco Rotigliano, peningkatan pemberian ASI eksklusif kepada bayi-bayi Indonesia akan mengurangi masalah gizi dan kesehatan balita.

ASI bukan cuma sumber gizi terbaik, tetapi dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan-bulan pertama yang rawan, tambahnya. Data UNICEF menyebutkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi di seluruh dunia tiap tahun.

Namun, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, hanya delapan persen bayi Indonesia yang mendapat ASI eksklusif enam bulan sedangkan pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. (rol/broto)

Kamis, 15 Januari 2009

manfaat senam hamil

Olah raga sangat penting bagi ibu hamil, untuk tetap mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar. Namun olah raga yang dilakukan, juga harus yang sesuai dengan perubahan fisik. Senam yang pas dilakukan saat kehamilan adalah senam hamil. Selain untuk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan.
SYARAT MENGIKUTI SENAM HAMIL
1. Dimulai pada kehamilan antara 28-30minggu.
2. Kehamilan normal dengan rekomendasi dari dokter / bidan.
3. Latihan secara teratur4. Pakaian senam cukup longgar
5. Menggunakan matras / kasur (TIDAK diLantai).

LATIHAN YANG DAPAT DILAKUKAN
Latihan I : duduk bersila
Latihan II : melemaskan otot paha bagian dalam
Latihan III : latihan yg berhubungan dengan kaki
Latihan IV : latihan dasar pernafasan :
A : Pernafasan perut
B : Pernafasan Iga-iga
C : Pernafasan Dada
Latihan V : memperbaiki panggul jatuh ke depan
Latihan VI : menguatkan otot betis
Latihan VII : menguatkan otot pantat
Berikut beberapa tujuan senam hamil:

1. Menguasai teknik pernapasan.
Latihan pernapasan sangat bermanfaat untuk mendapatkan oksigen, sedangkan teknik pernapasan dilatih agar ibu siap menghadapi persalinan.

2. Memperkuat elastisitas otot.
Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, sehingga dapat mencegah atau mengatasi keluhan nyeri di bokong, di perut bagian bawah dan keluhan wasir.

3. Mengurangi keluhan.
Melatih sikap tubuh selama hamil sehingga mengurangi keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh.

4. Melatih relaksasi.
Proses relaksasi akan sempurna dengan melakukan latihan kontraksi dan relaksasi yang diperlukan untuk mengatasi ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan.

5. Menghindari kesulitan.
Senam ini membantu persalinan sehingga ibu dapat melahirkan tanpa kesulitan, serta menjaga ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.

Hampir di setiap rumah sakit bersalin memiliki kelas senam hamil. Ada baiknya Anda mensurvey rumah sakit tempat Anda akan bersalin, sekaligus mengikuti program senam hamil di rumah sakit tersebut.

Tapi bila lokasinya jauh dan Anda tak punya cukup waktu untuk ke rumah sakit, sebenarnya senam hamil juga bisa dilakukan sendiri di rumah. Namun senam ini harus dilakukan secara teratur, dengan kondisi yang tenang dan menggunakan pakaian yang longgar. Berikut beberapa petunjuk dalam melakukan senam hamil:

Latihan Otot Kaki

1. Duduklah dengan posisi kedua lutut diluruskan, tubuh bersandar pada kedua lengan yang diletakkan di belakang pantat.
2. Tegakkan kedua telapak kaki dengan lutut menekan kasur. Kemudian tundukkan kedua telapak kaki bersama jari-jarinya. Ulangi beberapa kali.
3. Hadapkan kedua telapak kaki satu sama lain dengan lutut tetap menghadap ke atas, kembalikan ke posisi semula. Ulangi terus sebanyak beberapa kali.
4. Kedua telapak kaki digerakkan turun ke arah bawah, lalu gerakan membuka ke arah samping, tegakkan, kembali, dan seterusnya.
5. Kedua telapak kaki buka dari atas ke samping turunkan, hadapkan, kembali ke posisi semula, dan seterusnya.

Kegunaan: Memperlancar sirkulasi darah di kaki dan mencegah pembengkakan pada pergelangan kaki.

Latihan Pernafasan

1. Pernafasan perut- Tidurlah terlentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan dan dibuka kurang lebih 20 cm. - Letakkan kedua telapak tangan di atas perut di sekitar pusat sebagai perangsang. Keluarkan napas dari mulut (tiup) sambil tangan menekan perut ke dalam. - Tarik napas dari hidung dengan mulut tertutup, perut mengembang mendorong kedua tangan ke atas. Perhatikan bahwa gerakan pernafasan dilakukan dengan perut (jadi dada tidak ikut kembang kempis).
Kegunaan: Melemaskan dinding perut agar mudah diperiksa oleh dokter/bidan.

2. Pernafasan iga - Tidur terlentang (seperti pada pernapasan perut), letakkan kedua tangan dalam posisi mengepal di iga sebagai perangsang. - Bernapaslah seperti pada pernapasan perut, dengan pengecualian tangan menekan iga ke dalam dan iga mengembang mendorong kedua tangan ke arah samping luar.
Kegunaan: Mendapatkan oksigen sebanyak mungkin.

3. Pernapasan dada- Tidur terlentang (seperti pada pernapasan perut), letakkan kedua tangan di dada bagian atas. - Keluarkan napas dari mulut (tiup) dengan tangan menekan dada ke arah dalam. - Tarik napas dari mulut dengan mulut terbuka, dada mengembang mendorong ke dua tangan ke atas.
Kegunaan: Mengurangi rasa sakit saat bersalin.

4. Pernapasan panting (pendek-pendek dan cepat)Pernapasan ini menyerupai pernapasan dada, hanya saja irama pernapasan lebih cepat dengan gerakan napas dihentikan separuhnya (bernapas tidak terlalu dalam, pendek-pendek saja).
Kegunaan: Istirahat atau menghilangkan lelah sesudah mengejan. Juga dilakukan saat ibu sudah merasa ingin mengejan sementara pembukaan belum lengkap, supaya jalan lahir tidak bengkak atau sobek.Semua gerakan latihan pernapasan di atas sebaiknya dilakukan enam kali sehari, di pagi hari sesudah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur.

Latihan Otot Panggul

1. Tidur terlentang, kedua lutut dibengkokkan.
2. Letakkan kedua tangan di samping badan. Tundukkan kepala dan kerutkan pantat ke dalam hingga terangkat dari kasur.
3. Kempeskan perut hingga punggung menekan kasur. Rasakan tonjolan tulang panggul bergerak ke belakang.
4. Lemaskan kembali dan rasakan tonjolan tulang bergerak kembali ke depan. Ulangi gerakan ini 15-30 kali sehari
Kegunaan: Mengembalikan posisi panggul yang berat ke depan, mengurangi dan mencegah pegal-pegal, sakit pinggang dan punggung serta nyeri di lipat paha.

Latihan Otot Betis

1. Berdiri sambil berpegangan pada benda yang berat dan mantap.
2. Posisikan ibu jari dan jari-jari lain menghadap ke atas.
3. Regangkan kaki sedikit dengan badan lurus dan pandangan lurus ke depan.
4. Tundukkan kepala seraya berjongkok perlahan sampai ke bawah tanpa mengangkat tumit dari lantai.
5. Setelah jongkok, lemaskan bahu. Kempeskan perut, kemudian perlahan kembalilah berdiri tegak, lepaskan kerutan. Lakukan enam kali dalam sehari.
Kegunaan: Mencegah kejang di betis.

Latihan Otot Pantat

1. Tidur terlentang tanpa bantal, kedua lutut dibengkokkan dan agak diregangkan.
2. Dekatkan tumit ke pantat dengan kedua tangan di samping badan.
3. Kerutkan pantat ke dalam sehingga lepas dari kasur, angkat panggul ke atas sejauh mungkin. 4. Turunkan perlahan (pantat masih berkerut), lepaskan kerutan, dsb. Ulangi enam kali sehari.

Kegunaan: Mencegah timbulnya wasir saat mengejan.

Latihan Anti Sungsang

1. Ambil posisi merangkak, kedua lengan sejajar bahu, kedua lutut sejajar panggul dan agak diregangkan.
2. Kepala di antara kedua tangan, tolehkan ke kiri atau ke kanan.
3. Letakkan siku di atas kasur, geser siku sejauh mungkin ke kiri dan ke kanan hingga dada menyentuh kasur. Lakukan sehari 2 kali selama 15 - 20 menit/kali.
Kegunaan: Mempertahankan dan memperbaiki posisi janin agar bagian kepala tetap di bawah. (berbagai sumber)

Selasa, 13 Januari 2009

manfaat hubungan sek yang sehat

hubungan sek yang sehat itu seperti apa sih?
sek bagi banyak orang masih dianggap tabu tapi bagi sebagian lagi menganggap sek hanyalah sebuah permainan semata. Pendapat tersebut salah total, hubungan sek bisa selain mendatangkan keuntungan ternyata juga mendatangkan wabaah. selain menimbulkan berbagai penyakit kelamin termasuk penyakit mematikan HIV/AIDS, sek ternyata juga mendatangkan keuntungan. Sek yang dilakukan oleh pasangan suami istri dapat membuat orang awet muda dan mencegah timbulnya berbagai macam penyakittermasuk penyakit jantung, karena pada saat orgasme otak nengeluarkan hormon yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini sesuai pernyataan yang pernah disampaikan oleh dokter Boyke Dian Nugraha, spOG pada waktu beliau menghadiri seminar di Jawa Tengah pada awal 2008 lalu.
mengapa hanya sek yang dilakukan oleh suami istri saja?
Pada saat melakukanhubungan sek suami istri tidak ada pikiran apapun yang menjadi beban, hal ini yang menyebabkan pada saat orgasme otak bisa mengeluarkan hormon yang bermanfaat bagi tubuh. Sedangkan pada hubungan sek ang dil;akukan oleh pasangan bukan suami istri, pada saat orgasme otak tidak bisa mengeluarkan hormon tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat melakukan hubungan sek pasangan tersebut masih memikirkan berbagi macam persoalan diantarnya: takut ketahuan orang lain, takut kalau hubungannya bisa membuat pasangan hamil dll, walaupun hubungan tersebut didasari rasa suka sama suka tapi pikiran tersebut tetap saja ada. Hal ini yang membuat otak tidak bisa mengeluarkan hormon tersebut.
Buat para pembaca perlu diingat bahwa hubungan sek yang bermanfaat bagi kesehatan itu hanya hubungan yang dilakukan oleh pasangan suami istri bukan hubungan sek yang dilakukan diluar pernikahan"wlaupuan hubungan Anda didasari oleh rasa suka sama suka".
Mudah-mudahan tulisan saya ini dapat bermanfaat dan dapat mendatangkan Ridho dari Allah SWT, Amiennn....... Tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman saya waktu mengikuti seminar dokter Boyke karena saya sendiri juga belum menikah jadi saya juga belum pernah mempraktekkannya.

Kamis, 08 Januari 2009

indonesia ku gempa terus

Pengungsi Mencapai 7.350 Orang Akibat Gempa di Papua dan Papua Barat


06 Jan 2009
Berdasarkan data yang diterima dari Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes RI tanggal 5 Januari 2009 hingga pukul 11.30 WIB dari Dinas Kesehatan Prov. Papua Barat, PPK Sub Regional papua, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang terkena gempa, RSUD Manokwari, RSUD Sorong serta BMG, jumlah korban jiwa akibat gempa bumi tektonik di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, Kab. Sorong Prov. Papua Barat dan Kab. Biak Numfor Prov. Papua sebanyak 2 orang (1 orang di Kab. Manokwari dan 1 orang di Kota Sorong). Sedangkan korban luka mencapai 13 korban luka berat (7 orang di Kab. Manokwari, 5 orang di Kota Sorong, dan 1 orang di Kab. Sorong). Dan korban luka ringan mencapai 255 orang (237 orang di Kab. Manokwari, 13 orang di Kota Sorong, dan 5 orang di Kab. Sorong). Hingga saat ini jumlah pengungsi mencapai 7350 orang yang tersebar di 31 titik pengungsian.
Demikian informasi yang diperoleh Pusat Komunikasi Publik Depkes RI dari PPK tentang perkembangan penanggulangan gempa tektonik di Prov. Papua dan Papua Barat tanggal 6 Januari 2009.
Gempa tersebut juga mengakibatkan bangunan RSUD Manokwari mengalami kerusakan ringan dan beberapa flowmeter oksigen pecah. Sedangkan Gedung obat di RS Sele Be Solu Kota Sorong roboh dan gedung RS tersebut mengalami keretakan.
Departemen Kesehatan RI telah memberikan dana bantuan untuk operasional bencana ke Dinkes Kab. Manokwari sebesar 200 juta rupiah. Departemen Kesehatan juga memberi bantuan logistik ke Dinkes Papua Barat berupa 2 ton MP ASI biskuit, 2 ton obat-obatan paket gempa bumi, 2 box lidocain inj. (60 amp) dan 20 buah flowmeter oksigen. Bantuan telah tiba di Manokwari tanggal 5 Januari 2009. Sedangkan Dinkes Prov. Papua mengirim 4 koli obat-obatan ke Kab. Manokwari berupa obat anestesi, antibiotik, ATS, obat pelayanan dasar dan obat trauma. Bantuan tenaga kesehatan yang telah tiba di Kab. Manokwari sebanyak 18 orang (7 orang dari PPK Makasar, 2 orang dari PPK Depkes, 2 orang dari Bulan Sabit Merah, dan 7 orang dari Dinkes Prov. Papua).
Sampai saat ini permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan setempat. Namun demikian, Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Dinas Kesehatan Kota Sorong, Dinas Kesehatan Kota Sorong, Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong, Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, PPK Sub Regional Papua dan PPK Depkes RI terus melakukan upaya pemantauan terhadap perkembangan permasalahan kesehatan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5292 1669, 021-522 3002 atau alamat e-mail puskom.depkes@gmail.com
HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
DI BPS NGUDI RAHARJO CEPOGO
BOYOLALI
2009


PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu : 1. Eko Budi Siswanto, SKM
2. Edy Siswanto, SKM
AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI
2008

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang tiada Tuhan selain- Nya yang menguasai alam semesta ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa terarah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa istiqomah mengikuti petunjukNya.
Berkat rahmat dan pertolongan serta petunjuk Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM”.
Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini merupakan tugas dari mata kuliah Metodologi Penelitian.
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yanti, S.Si.T, selaku Direktur Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali
2. Eko Budi Siswanto, SKM dan Edy Siswanto, SKM selaku Dosen Pengampu
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini banyak kekurangan, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempumakan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap semoga ProposaKarya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.


Boyolali, Desember 2008

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya AKI di Indonesia yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju (Sarwono, 1999 : 450).
Menurut Hoo Swie Tjiong (1962), frekuensi anemia dalam kehamilan di Indonesia mencapai angka 18,9%, sedangkan menurut Njo Tiong Tia dan Poerwo Soedarmo (1975) anemia pada kehamilan mencapai angka 16,1% pada trimester I dan 49,9% pada trimester III (Mochtar Rustam, 1998 : 146).
Anemia pada kehamilan dapat menimbulkan gangguan his (inersio uteri), kekuatan mengejan sehingga ibu menjadi lemah dan dapat memperlambat persalinan (partus lama). Selain itu anemia pada kehamilan juga dapat mengakibatkan atonia uteri dan menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum (Mochtar Rustam, 1998 : 146).
Sebagai gambaran anemia dapat menyebabkan HPP dikarenakan pada kondisi dengan ibu dengan anemia dapat menyebabkan kala 3 berlangsung lama / memanjang sehingga terjadi atonia uteri sebagai salah satu penyebab HPP primer. Jelaslah disini bahwa anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya HPP.
Dari data yang didapatkan peneliti, jumlah persalinan di BPS Ngudi Raharjo Cepogo selama 6 bulan terdapat 75 persalinan. 30 diantaranya terjadi perdarahan post partum. Dari kasus tersebut 22 kasus perdarahan ibu mempunyai riwayat anemia pada waktu hamil dan 8 kasus terjadi karena sebab lain. Melihat fenomena diatas maka kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan anemia dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah Hubungan anemia ibu hamil dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan anemia ibu hamil dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran umum anemia
b. Untuk mengetahui gambaran umum HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo
c. Untuk menganalisis hubungan anemia dengan HPP

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi bidan
Hasil penelitian ini daat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan antenatal care selama kehamilan agar mendeteksi secara dini kejadian anemia.
2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat tentang pengaruh anemia pada perdarahan post partum
3. Bagi penelitia
Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang kejadian anemia pada ibu hamil dengan perdarahan post partum












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Anemia Kehamilan

a. Pengertian
Anemia kehamilan menurut WHO adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah 11 gram % pada trisemester 1 dan 3 atau kadar Hb kurang dari 10,5 gram % pada trimester 2, pada ibu yang tidak hamil kurang dari 12 gram
b. Penggolongan anemia
Batasan penggolongan anemia kehamilan adalah Hb 11 gram % tidak anemia, 9-10 gram % anemia ringan, 7-8 gram % anemia sedang, < 7 gram % anemia berat. Perbedaan kadar Hb antara ibu hamil dan tidak hamil karena pada kehamilan terjadi proses hemodilusi yang puncaknya pada kehamilan trimester 2 atau 32 minggu (Prawirohardjo, 2002 : 28).
c. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebab, anemia kehamilan di Indonesia anemia dibagi menjadi 4 yaitu : (Prawirohardjo, 2002 : 451-458)
1) Anemia defisiensi besi (62,3 %)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia kekurangan besi yang disebabkan karena, kurang masuknya unsur besi dengan makanan, gangguan resopsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada pendarahan.
Pada trimester terakhir kehamilan, keperluan akan besi bertambah. Apabila masuknya besi tidak ditambah, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar.
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg – 15 mg – 15 mg ; Lipi Indonesia (1968) : 12 mg - 17 mg - 17 mg.
Kemasan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral.
a) Peroral : sulfat ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3 - 5 x 0,20 Mg
b) Parental : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena. Kemasan ini antari lain : interon, jectopes, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dari pada peroral.
Pencegahan:
Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein, dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.
2) Anemia Megaloblastik (29,0 %)
Anemia megaloblastik disebabkan karena kekurangan asam folik, biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Pengobatan :
a) Asam folik 15 - 30 mg per hari
b) Vitamin B 12 3 x 1 perhari
c) Sulfas serosus 3 x 1
d) Pada kasus berat dan pengobatan peroral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan tranfusi darah
Pencegahan :
Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah-daerah dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil, maka harus ditambah dengan asam folik.
3) Anemia hipolastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Penyebab lain karena infeksi berat, keracunan, sinar rontgen, sinar radiasi.
Pengobatan:
Dengan obat-obatan kurang memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu transfusi darah yang perlu sering diulang.
4) Anemia heniolitik (0,7%)
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
a) Faktor intrakorpuskuler : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer talasemia; anemia sickle (sabit); hemoglobinopati C, D, G, H, I ;dan paraksimal noctural hemoglinobinuria.
b) Faktor intrakorpuskuler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, obat-obatan dan lain-lain.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.
d. Penyebab Anemia
Penyebab terbanyak anemia dalam kehamilan adalah akibat kekurangan zat besi atau yang sering disebut dengan istilah defisiensi zat besi. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi besi adalah sebagai berikut (http.//.paj.or.id//):
1) Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi
2) Malabsorbsi zat besi (penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung zat besi diabsorbsi dari saluran pencernaan sebagian besar zat besi diabsorbsi dari usus halus bagian atas terutama duedenum. Bila terjadi gangguan pencernaan, maka observasi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan kehilangan kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan set darah merah terhambat.
3) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, maka kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.
4) Kehamilan suplai zat besi ibu dialihkan kejanin untuk pembentukan sel darah merah ke janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.
e. Patofisiologi Anemia
Menurut WHO, wanita hamil dinyatakan mengalami menderita anemia jika kadar Hb kurang dari 11 gram %. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan sirkulasi darah dimana dibutuhkan tambahan suplai ke plasenta, uterus yang membesar serta bagian-bagian lainya seperti payudara. Dalam hal ini terdapat perubahan hematology dimana terjadi peningkatan plasma darah dan sel darah merah dengan perbandingan plasma darah meningkat 30%, sel darah merah 18%, hemoglobin 19% (Prawirohardjo, 2002 : 32).
Peningkatan yang tidak seimbang dimana peningkatan plasma darah lebih besar memberikan efek pengenceran darah (hydremia) karena terdapat sedikit sel darah merah dalam setiap liter darah sehingga ditemukan kadar hemoglobin menjadi berkurang. Pengenceran darah dalam hal ini merupakan hal yang fisiologis sebagai bentuk penyesuaian.
Proses hemodilusi meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat. Hidremia, menyebabkan cardiac out put meningkat dan kerja jantung diperingan apabila viskositas darah menjadi rendah, resistensi perifer menurun dan tekanan darah arteri menurun serta membuat perfusi jaringan plasenta lebih mudah. Proses ini puncaknya pada usia kehamilan 32-36 mgg. Hal ini membantu dalam proses kehilangan zat besi pada saat kehilangan darah pada persalinan dan nifas (Prawirohardio, 2002: 32).
Pada kehamilan kebutuhan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah ibu 500 mgr fe, plasenta 300 mgr fe dan untuk darah janin 100 mgr fe. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya zat besi selama kehamilan. Proses hemodelusi di atas akan menjadi hal patologis bila asupan zat gizi yang kurang dan malabsorbsi. Asupan gizi yang kurang dan malabsorbsi akan menyebabkan ketidakseimbangan sehingga berdampak pada penurunan hemoglobin darah. Apabila asupan gizi cukup dan tidak terjadi malabsorbsi tapi terjadi perdarahan ataupun pada penyakit kronik maka akan terjadi penurunan Hb yang berarti hal ini menyebabkan anemia yang mempersulit kehamilan.
f. Tanda dan Gejala
Tanda, dan gejala, anemia (Varney, 2001 : 152)
1) Merasa, lelah dan mudah mengantuk
2) Pusing dan lemah
3) Lesu
4) Pandangan berkunang-kunang
5) Mengeluh sakit kepala
6) Merasa tidak enak badan
7) Nafsu makan menurun
8) Pica (selera ma.kan yang luar biasa/ selama abnormal dalam kehamilan)
9) Mual muntah yang hebat pada hamil muda.
10) Nafas pendek pada anemia berat
g. Pengaruh anemia pada kehamilan, persalinan dan nifas
Anemia dalam kehamilan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap ibu hamil maupun janin yang dikandungnya baik masa kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu (Manuaba, 1998 : 31-32) :
1) Pengaruh anemia pada, kehamilan
a) Dapat terjadi abortus
b) Persalinan premature
c) Hambatan pada tumbuh kembang janin
d) Mudah terjadi infeksi
e) Ancaman decompensasi cordis (Hb dibawah 6 gram %)
f) Mola hidatidosa
g) Hyperemesis gravidarum
h) Perdarahan antepartum
i) Ketuban pecah dini
2) Pengaruh anemia pada persalinan
a) Gangguan his kekuatan mengejan.
b) Kala I dan kala II lama sehingga dapat melelahkan dan sering menimbulkan tindakan operasi
c) Kala urin dapat disertai dengan retensio plasenta, dan perdarahan post partum
3) Pengaruh anemia pada, nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partum
b) Memudahkan infeksi
c) Produksi ASI berkurang
d) Terjadi dekompensasi mendadak setelah persalinan
e) Anemia kala nifas mudah terjadi infeksi.
h. Pencegahan dan Pennfiggulangan
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data- data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit (Manuaba, 2002 : 32).
Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat ferrosus atau glukonas dan sayur-sayuran mengandung banyak mineral serta vitamin (Prawihardjo, 2002 : 453).
Apabila pada pemeriksaan Hb < 10 gram%, maka wanita hamil dapat dianggap menderita anemia defisiensi besi. Pengobatan dimulai dengan preparat besi peroral. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 m1 mg sehari, seperti sulfat ferrosus atau glukonas ferosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 gr/100 ml atau lebih asal masih cukup waktu sampai janin lahir. Pengobatan parenteral diberikan apabila penderita tidak tahan akan zat besi peroral, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau kehamilan sudah tua (Prawirohardjo, 2002 : 452-453).


2. Karakteristik Ibu hamil yang mempengaruhi kejadian Anemia
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan kepada sasaran. Pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar pengetahuan dan semakin mudah mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang. Pengetahuan dipengaruhi pendidikan dan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal.

3. Haemorhogi Post Partum
a. Pengertian Haemorhagi Post Partum
Haemorhogi Post Partum adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir, perdarahan post partum dibagi 2 :
1) Perdarahan Post Partum Primer (perdarahan pasca persalinan dini).
2) Perdarahan Post Partum sekunder (perdarahan masa. nifas) terjadi setelah itu (Arief Mansjoer, 1999).
Pengertian Haemorhagi Post Partum menurut (Sarwono Prawiroohandjo, 2002) adalah perdarahan pervaginam melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan Pasca Persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :
1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebesarnya, kadang-kadang hanya setengah dari sebenarnya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebesar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan dilantai.
2) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.
3) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu berapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi shock.
b. Faktor penyebab Haemorhagi Post Partum
Faktor yang mempengaruhi antara lain : ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilannya, memeriksakan kehamilan tetapi tidak teratur, atonia uteri retensio plasenta, ruptur uteri, inversio uteri, trauma jalan lahir dan gangguan sistem pembekuan darah, faktor predisposisi yang harus dipertimbangkan adalah riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya, multiparitas, perdarahan ante Partum, dan partus lama. (Arief Mansjoer, 1999).
c. Tanda Gejala dan Diagnosis
Tabel I
Tabel Tanda Gejala dan Diagnosis Perdarahan Pasca Persalinan
Gejala dan tanda yang selalu ada
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
Diagnosis kemungkinan
· Uterus tidak berkontraki dan lembek
· Perdarahan segera setelah anak lahir (Perdarahan Pasca persalinan Primer)
· Syok
Atonia uteri
· Perdarahan segera
· Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
· Terus kontraksi baik
· Plasenta lengkap
· Pucat
· Lemah
· Menggigil
Robekan plasenta
· Plasenta belum lahir setelah 30 menit
· Perdarahan segera
· Uterus kontraksi baik
· Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
· Inversio uteri akibat tarikan
· Perdarahan lanjutan
Retensio plaenta
· Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
· Perdarahan segera
· Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
Tertinggalnya sebagian plasenta.
· Uterus tidak teraba
· Lumen vagina terisi massa
· Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
· Perdarahan segera
· Nyeri sedikit atau berat
· Syok neurogenik
· Pucat dan limbung
Inversio uteri
· Sub involusi uterus
· Nyeri tekan perut bawah
· Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Perdarahan sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi)
· Anemia
· Demam
Perdarahan terlambat Edometritis atau sisa plasenta (terinfeksi atau tidak)
· Perdarahan segera (Perdarahan intraabdominal dan/atau vegium)
· Nyeri perut berat (kurangi dengan ruptur)
· Syok
· Nyeri tekan perut
· Denyut nadi ibu cepat
Robekan dinding uterus (Ruptura uteri)

d. Penanganan
1) Mintafah Bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan pgaat darurat.
2) Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu tubuh).
3) Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut karena status wanita tersebut dapat memburuk dengan cepat. Jika terjjadi syok, segera mulai penanganan syok.
4) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik :
a) Lakukan Pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif
b) Berikan 10 unit oksitosin I.M
5) Pasang infus cairan I.V
6) Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar-masuk.
7) Periksa kelengkapan plasenta.
8) Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum
9) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku dan darah
10) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar Hemoglobin :
a) Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat) :
Berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg DITANBAH asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
b) Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg DITAMBAH asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama, 6 bulan;
c) Pada daerah endemik pacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 20%) : berikan terapi :
(1) Albendasol 400 mg per oral sekali;
(2) Atau mebendasol 500 mg per oral sekali atau 100 mg dua kali sehari selama 3 hari.
d) Pada daerah endemik tinggi cacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 500%), berikan terapi dosis tersebut selama 12 minggu setelah dosis pertama.