Rabu, 11 Februari 2009

persalinan

batasan persalinan kala II
dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin.
tanda gejala kala II
ibu ingin meneran (dorongan meneran/doran)
perineum menonjol (perjol)
vulva membuka (vulka)
tekanan anus (teknus)
meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
kepala telah turun di dasar panggul
diagnosis pasti
pembukaan lengkap
kepala bayi terlihat pada introitus vagina
Fase kala II (Aderhold dan robert)
fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap samapi timbul keinginan untuk meneran
faseII : fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran samapi kepala crowning (lahirnya kepala)
fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh badan bayi
Kontraksi
sangat kuat dengan durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali
sangat sakit dan akan berkurang bila meneran
kontraksi mendorong kepala ke ruang panggul yang menimbulkan tekanan pada otot dasar panggul sehingga timbul reflak dorongan meneran
persiapan persalinan
1. persiapan ibu dan keluarga
memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
perawatan sayang ibu
pengosongan kandung kemih/2 jam
pemberian dorongan psikologis
2. persiapan penolong persalinan
perlengkapan pakaian
mencuci tangan (sekitar 15 detik)
3. persiapan peralatan
ruangan
penerangan
tempat tidur
peralatan persalinan
bahan
amniotomi
indikasi amniotomi
jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya
Cara melakukan amniotomi
diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian2 kecil lainnya(bila tali pusat dan bagian2 yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera)
pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati2.
saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari2 tangan kanan anda goreskan klem kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah
biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium(kotoran bayi) atau darah
celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
cuci kedua tangan
periksa kembali denyut jantung janin
catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ
# Keuntungan amniotomi
memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya mekonium
dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu
kateter perekam bis aditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat
lamanya persalinan bisa diperpendek
bukti2 yang ditemukan akhir2 ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi slauran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus
# kerugian amniotomi
tekanan diferensial yang meningkat diekitar kepala janin bis amenimbulkan cacatnya tulang kepala janin
berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat
# sementara amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bis apula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. jadi keuntungan dalam bentuk persaliann yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah. beberpa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.
Keluarnya mekonium pada presentasi kepala
keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium per vaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. faktor2 etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia gravidarum. pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya
insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%. kalau ini merupakan sat2nya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak daripada insidensinya secara keseluruhan
apabila terjadi pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya. meskipun demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif
pada presentasi bokong keluarnya mekonium disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus pada usus bayi dan bukan merupakan gejala atau gawat janin.
Penatalaksanaan kala II
setelah pembukaan lengkap, pmpin untuk meneran pabila timbul dorongan spontan untuk melakukan hal itu
beristirahat diantara kontraksi
berikan posisi yang nyaman bagi ibu
pantau kondisi janin
bila ingin meneran, tapi pembukaan belumlengkap, anjurkan bernafas cepat atau biasa, atur posisi agar nyaman, upayakan tidak meneran hingga pembukaan lengkap
bila pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran, anjurkan untuk mobilisasi atau mengubah-ubah posisi hingga timbul dorongan untuk meneran
bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin menran setealh 60 menit dari sejak pembuakaan lengkap, pimpin untuk meneran saat kontraksi puncak (beri asupan yang cukup)
bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih belum terjadi, rujuk ibu ke fasilitas rujukan
PENTING
bila melakukan pimpinan meneran:
ada tanda pasti kala II (pembukaan lengkap)
ibu ada dorongan kuat untuk meneran
selaput ketuban sudah pecah/dipecahkan
yang dilakukan/diperhatikan dalam pimpinan meneran:
dukungan kepada ibu yang akan melahirkan bayinya
posisi meneran (ibu dibebaskan untuk memilih posisi saat melahirkan, insyaAlloh kita bahas nanti)
cara bernafas diantara/saat meneran
denyut jantung janin (DJJ) 120-160X/detik
batas waktu maksimum melakukan pimpinan meneran:
primipara(pertama kali melahirkan) : 120 menit
multipara(>1xmelahirkan) : 60 menit
jika bayi belum lahir dalam batas waktu tersebut di atas, segera lakukan rujukan
Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala II
sejak kehamilan yang lanjut uterus (rahim) dengan jelas terdiri dari dua bagian:
segmen atas rahim (SAR) yang dibentuk oleh corpus uteri
segmen bawah rahim (SBR) yang terjadi dari isthmus uteri
SAR memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan dan mendorong bayi keluar. SBR memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan dan teregang yang akan dilalui bayi.
sifat kontraksi otot rahim
setelah kontraksi otot rahim tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi, yang disebut retraksi. dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. retraksi ini mengakibatkan SAR makin tebal dengan majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.
kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada SBR. sebagian dari isi rahim keluar dari SAR diterima oleh SBR sehingga SAR makin mengecil sedang SBR makin diregang dan makin tipis dan isi rahim pindah ke SBR sedikit demi sedikit.
Perubahan Bentuk Rahim
kontraksi, mengakibatkan sumbu panjang rahim bertambah panjang sedang ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang
pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang berkurang, rahim bertambah panjang. hal ini merupakan salah satu sebab dari pembukaan serviks.
Ligamentum Rotundum
mengandung otot-otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot-otot ini ikut berkontraksi hingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
Perubahan Pada Serviks
agar anak dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari serviks. pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks.
Pendataran Dari Serviks
pemendekan dari canalis servikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis
Pembukaan Dari Serviks
pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubnag yang dapat dilalui bayi, kira2 10 cm.
Faktor yang menyebabkan pembukaan serviks
otot2 serviks menarik pada pinggir ostium
waktu kontraksi SBR dan serviks diregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks
waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat diatas kanalis servikalis ialah yang disebut ketuban.
Perubahan pada vagina dan dasar panggul
pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina
setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak. oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding2 yang tipis. waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas
dari luar, peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.
Asuhan sayang ibu dan posisi meneran
1. asuhan sayang ibu
asuhan yang aman, berdasarkan evidence based dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu
membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan yang menghargai kebiasaan budaya, praktek keagamaan dan kepercayaan serta melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional sifatnya mendukung. asuhan sayang ibu melindungi hak-hak ibu untuk mendapatkan privasi dan menggunakan sentuhan bila diperlukan
menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses alamiah harus dihindarkan.
berpusat pada ibu dan bukan pada petugas kesehatan dan selalu melihat dahulu ke cara pengobatan yang sederhana dan non intervensi sebelum berpaling ke teknologi
menjamin bahwa ibu dan keluarganya diberitahu tentang apa yan g sedang terjadi dan apa yang bisa diharapkan
bidan harus memastikan seseorang yang telah dipilih ibu untuk mendampingi selama persalinan(suami, ibu, mertua, saudara perempuan, teman)
ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit dan hasil persalinan yang lebih baik.
2. posisi meneran
tenaga kesehatan/bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan dalam posisi yang dipilihnya dan bukan posisi terlentang atau litotomi
posisi terlentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kava inferior serta pembuluh2 lain dari sistem vena tersebut. hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin
posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa postpartum(nifas)
posisi berjongkok, menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi serta dapat melebarkan rongga panggul
posisi duduk, memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi, serta memberi kesempatan bagi ibu untuk istirahat diantara kontraksi
posisi berlutut, dapat mengurangi rasa sakit serta membantu bayio dalam mengadakan rotasi posisi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga untuk mengurangi keluhan haemoroid
posisi berjongkok atau berdiri, dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.
posisi berjalan, berdiri dan bersandar. efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfaatkan gaya gravitasi.
dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilhnya, ibu akan lebih merasa aman. karena fokus utama kita adalah berpusdat kepada kenyamanan klien(ibu) bukan nakes.
Asuhan kala II
1. Pemantauan ibu
tanda-tanda dan gejala kala II
ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina
perineum terlihat menonjol (perjol)
vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka
peningkatan pengeluaran lendir dan darah
evaluasi kesejahteraan ibu
tanda-tanda vital: tekanan darah (tiap 30 menit), suhu, nadi(tiap 30 menit), pernafasan
kandung kemih
urine: protein dan keton
hidrasi: cairan, mual, muntah
kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku dan respon terhadap persalinan serta nyeri dan kemampuan koping
upaya ibu meneran
kontraksi tiap 30 menit
kemajuan persalinan
kemajuan persalinan cukup baik bila penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir serta dimulainya fase pengeluaran
lama kala II rata2 menurut Friedman adalah satu jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara
pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara dianggap sudah abnormal oleh mereka yang setuju dengan pendapat Friedman tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi dengan forceps atau vacum ekstraksi.
kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama, yaitu kira2 2 menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.
2. Pemantauan janin
a. denyut jantung janin (DJJ)
denyut dasar 120-160 x/menit
perubahan DJJ, pantau tiap 15 menit
variasi DJJ dari DJJ dasar
pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit
b. warna dan adanya air ketuban (jernih,keruh, kehijauan/tercampur mekonium)
c. penyusupan kepala janin
Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala II
syok
dehidrasi
infeksi
preeklampsia/eklampsia
inersia uteri
gawat janin
penurunan kepala terhenti
adanya gejala dan tanda distosia bahu
pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
kehamilan ganda(kembar/gemelli)
tali pusat menumbung/lilitan tali pusat
Asuhan Dukungan
pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin
membantu pernafasan
membantu teknik meneran
ikut sertakan serta menghormati keluarga yang menemani
berikan tindakan yang menyenangkan
penuhi kebutuhan hidrasi
penerapan Pencegahan Infeksi (PI)
pastikan kandung kemih kosong

fase laten dalam persalinan

PENDAHULUANIndonesia dengan tingkat kematian ibu 450/100000 kelahiran hidup perlu segera mengambil langkah-langkah yang positif untuk menanggulanginya antara lain agar setap ibu hamil dapat di periksa oleh petugas kesehatan dan di mana agar segala kelainan yang timbul pada proses persalinan dapat diketahui lebih awal dan dapat segera diatasi.Mengetahui lebih awal persalinan abnormal dan mencegah terjadinya persalinan lama akan menurunkan resiko perdarahan postpartum dan sepsis secara bermakna yang pada akhirnya akan meniadakan persalinan macet, pecahnya kandungan atau peranakan (ruptura uteri) dan akhirnya menurunkan kematian dan kesakitan ibu serta mengurangi risiko infeksi pada bayi yang baru lahir. Perpanjangan fase laten terjadi bila lebih dari 14 jam pada primigravida dan lebih dari 20 jam pada multipara.Menurut statistik persalinan macet dan pecahnya peranakan menyumbangkan 70% dari semua kematian ibu.Dengan mengetahui fase laten dalam persalinan maka akan membantu perugas kesehatan dalam pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dipercepat atau diakhiri persalinan dan juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantau janin dan ibu selama persalinan dan juga membantu menurunkan masalah janin dan ibu.DEFINISI DAN PENGERTIANKemajuan dari persalinan mungkin tergambar dalam suatu grafik. Sebagian besar persalinan normal mengikuti suatu kurva yang digambarkan oleh friedman. Pengetahuan tentang kurva ini akan mendeteksi kelainan dari persalinan yang bersifat dini.Pada umumnya keadaan umum medis dari pasien, arsitek panggul besar, posisi dan presentasi janin, kekuatan kontraksi uterus serta perlunakan dan penipisan serviks akan mempengaruhi kemajuan persalinan sebagaimana yang akan digambarkan daripada kurva persalinan.Dengan mengetahui lebih dalam dari beberapa faktor ini akan memungkinkan dokter untuk meramal jenis persalinan pada pasien dan oleh karena itu dapat mengantisipasi masalah-masalah yang timbul serta melakukan intervensi yang mungkin diperlukan.Klinis dapat dinyaktakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah. Lendir yang bersemu darah itu berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada disekitar servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran keruban maka seviks membuka.Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai pembukaan 3 cm, kalau fase laten ini berlangsung lebih dari 8 jam dengan his 2 kali dalam 10 menit maka persalinan akan cenderung mengalami kesulitan. Kalau ibu bersalin di puskesmas maka harus segera dirujuk kerumah sakit. Fase laten pada multipara 5 - 6 jam.Fase laten biasanya diukur dalam jam, lamanya tergantung pada beberapa keadaan, jika penipisan yang sempurna atau hampir sempurna telah terjadi ketika kontraksi dimulai maka fase laten akan lebih singkat. Jika kontraksi uterus dimulai dengan penipisan serviks kurang baik dan bagian bawah masih dalam station yang tinggi maka terjadinya fase laten relatif lebih lama, meskipun hal ini tak selalu berarti patologik.TANDA-TANDA PERSALINAN 31. Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan dengan sifarnua sebagai berikut:-. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan-. Teratur-. Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya-. Kalau dibawa berjalan bertambah kuat-. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sediki ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen rahim hingga beberapa capilar terputus.3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong konyong dari jalan lahirhal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadan-kadang selaput robek sebelum persalinan.Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta menjadi tua pada kehamilan tua, serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami degenerasi. Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks, akibatnya kontraksi uterus dibangkitkan.Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan servik1. Mungkin otot-otot seviks menarik pada pinggir ostium dan membesarkannya.2. Waktu kontraksi segmen bawah rahim dan seciks deregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks3. Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat diatas kanalis sevikalis ialah yang disebut selaput ketuban, menonjol kedalam canalis servikalis, dan membukanya. Kalau tidak ada ketuban, karena misalnya ketuban sudah pecah, faal dilatasi dari ketuban diambil oleh kepala.Faal ketuban ini mungkin karena selaput anak pada segmen bawah rahim merupakan pendahuluan dari pembukaan serviks, kadang-kadang pada kehamilan cukup bulan, pelepasan selaput janin dengan jari kita dapat memulai persalinan.. Agar anak dapat keluar rahim maka perut terjadi pembukaan dari serviks. Yang dimaksud dengan pembukaan serviks ialah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya merupakan suatu lobang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lobang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm.Pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks. Yang dimaksud pendataran dari serviks ialah pemendekan dari kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran yang panjanganya 1 – 2 cm, menjadi suatu lobang saja dengan pinggir yang tipis. Bagi pemeriksa, pendataran terutama nampak pada portio yang makin pendek dan akhirnya rata dengan majunya persalinan. Pendataran dari serviks ini terjadi dari atas ke bawah, mula-mula bagian serviks didaerah ostium internum ditarik ke atas dan menjadi lanjuran dai segmen bawah rahim sedangkan ostium eksternum sementara tidak berubah. Sebetulnya pendataran serviks yang pendek (lebih dari setengahnya telah merata) merupakan tanda dari serviks yang matang.FASE LATEN YANG MEMANJANG ATAU ABNORMALITAS PERSALINANDapat disebabkan beberapa faktor:1. kecemasan dan ketakutan2. pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik yang terlalu cepat pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif.3. abnormalitas pada tenaga ekspulsi4. abnormalitas pada panggul5. kelainan pada letak dan bentuk janin1. Kecemasan dan ketakutanhamil dan persalinan merupakan suatu pengalaman yang paling indah, tetapi merupakan suatu tugas biologis yang terberat dalam kehidupannya. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah wanita tersebut itu hamil. Misalnya perubahan fisik yang nyata seperti perubahan pada genitalia, adanya hiperpigmentasi antara lain topeng kehamilan, bertambah besarnya perut dan sebagainya. Demikian pula perubahan-perubahan psikis misalnya takut atau cemas menghadapi proses persalinan dan sebagainya, ketegangan jiwa ini dibawa terus sampai kepada proses persalinan, sehingga menimbulkan lingkaran fear tension pain yang akan mengakibatkan proses persalinan tidak lancar.Perasaan takut dan keadaan yang menggelisahkan wanita hamil dapat menimbulkan ketegangan, sehingga ketenangan yang harus dikuasai selama persalinan tidak tercapai, semua ini dapat dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepada penolong yang dapat dicapai dengan:- Dokter atau bidan memberi perawatan selama kehamilan dan memberi perhatian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi wanita hamil tersebut, disertai deiskusi dan sikap penuh kesabaraan selama memeriksa kehamilan.- Dengan mengikuti dan melakukan latihan senam hamil secara teratur dan intensif. Dengan persiapan tersebut diatas diharapkan wanita menghadapi persalinan dengan tenan, penuh percaya diri. Dengan demikian dapat dihindarkan sejauh mungkin penggunaan alat-alat narkosa yang dapat merugikan kesehatan ibu dan anak.2. Pemberian analgetika yang kuat dan anastesia sebelum fase aktif Usaha-usaha mengurangi sakit pada wanita yang bersalin dapat dibagi menjadi 2 golongan:1. Usaha-usaha mengurangi nyeri dalam kala I dan permulaan kala II yang disebut analgesia. Pada masa ini tidak usah dalam, tetapi harus mencakup waktu yang lama sekali ialah kadang-kadang sampai 18 jam.2. Usaha-usaha mengurangi rasa nyeri menjelang bayi lahir disebut anastesi. Usaha mengurangi nyeri harus lebihg intensif, tetapi hanya perlu selama waktu yang terbatas sekali.Semua obat yang dipergunakan untuk mengurangi nyeri waktu persalinan harus memenuhi syarat-syarat sbb:- Tidak membahayakan ibu- Tidak membahayakan anak- Tidak memperngaruhi his, kalau obat anastesia mempengaruhi his, maka tentu mempengaruhi kemajuan janin.Tidak banyak obat yang mempengaruhi ketiga syarat tersebut, terutama syarat kedua sukar untuk dipenuhi karena semua obat anestesia yang diberkan secara umum menembus plasenta dan juga mempengaruhi janin, sehingga timbul hipoksia pada janin tersebut. Saat kita memulai memberikan analgesi hrus tepat. Kalau terlalu cepat kita memulai memberi analgesia, maka dapat menimbulkan partus lama. Biasanya analgesia baru diberikan kalau ternyata bahwa pendataran dan pembukaan cervix lancar. Pada seorang primigravida biasanya baru dimulai pada pembukaan 3 cm, dan pada multi para pada pembukaan 4 cm.Obat-obat yang diberikan untuk analgetik obstetris ialah:- Inhalasi chloroform atau eter- Morphin, demerol, barbiturat- Scopolamin- Kombinasi antara salah satu obat: misal morphin, demerol, barbiturat dengan scopolamin- Paracervical blokObat yang diberikan untuk anasthesia obstetris:- Obat-obat yang menghilangkan kesadaran : inhalasi anastesi (chloroform, ether NO2 cyclopran) atau anastesia yang diberikan seperti pent*tal.- Obat-obat dan cara-cara yang tidak mengurangi kesadaran : anasthesi spinal atau anestesi infiltrasi.3. Abnormalitas pada tenaga ekspulsiTerbagi atas:Ad.1 Inersia uteri Inersia uteri primer atau hipotonikDisini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian lain. Peranan fundus tetap menonjol. Kelainan terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang dari pada biasa. Keadaan umum penderita biasa lebih baik dan rasa nyeri tidak seberapa.Inersia uteri sekunderTimbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama, seting timbul terjadi pada wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik tentang persalinan.Diagnosis :Insersia uteri paling sulit pada masa laten karena konteaksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan telah dimulai diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks yakni pendataran dan pembukaan.Terapi : Program terapi istirahat Infus oksitosin Seksio sesaria bila ada tanda gawat Ad.2 Incoordinate uteri actionSifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasanya karena tidak ada sinkron pada bagian-bagiannya . tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.4Ada kalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis di katakan primer jika serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubungan dengan incoordinate uterie action. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks misal karena ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasme sirkuler setempat sehingga terjadi penyempitan kavum uteri. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi.Penanganan : - Pemberian analgetika seperti morphin dan petidin- Sectio caesaria pada distosia cervikalis sekunder4. Abnormalitas pada panggulSering disebut CPD atau cephalopelvic disproportion, dimana sering terjadi ketika kepala fetus terlalau besar untuk melalui rongga pelvis. Ini dapat terjadi bila kepala terlalu besar, misalnya pada kasus hidrosephalus, atau pelvis terlalu kecil atau kelainan bentuk. Panggul keci dapat disebabkan oleh karena penyakit rakhitis yang terjadi pada masa anak-anak. Kelainan tulang pada masa anak-anak menyebabkan kelainan bentuk pada pelvis. Bentuk yang sering terjadi pada cephalopelvic disproportio adalah dimana kelainan posisi dari oksipito posterior. Di beberapa kasus tidak ada kelainan pada pelvis atau kepala fetus. Kelainan dari diameter presentasi dari defleksi oksipito posterior lebih banyak dari posisi anterior dan akan menyebabkan terjadinya kesulitan dalam persalinan. Pada beberapa kasus cephalopelvic disproportio relatif dapat melahirkan persalinan pervaginam.Diagnosis :Kelainan-kelainan yang terjadi seperti hidrosefalus atau cephalopelvic disproportion harus dapat terdeteksi selama persalinan. Dimana biasanya kala I memanjang. Dan terjadi kelainan pada penurunan kepala, nyata dapat diperksa pada pemeriksaan vagina atau abdomen. Moulding akan terjadi pada penurunan kepala dimana tulang tengkorak fetus akan saling mendesak satu sama lain. Tulang parietal terlalu mendesak dengan yang lainnya dan juga pada tulang frontal. Moulding sering terjadi pada proses persalinan dan pada cephalopelvic disproportion, tulang-tulang menjadi saling tumpang tindih. Jaringan subkutan dan kulit kepala menjadi edema akibat waktu yang lama pada persalinan akibat cephalopelvic disproportioPenanganan : -. Sectio caesaria5. Abnormalitas dalam kelainan lerak dan bentuk janina. Kelainan letakadalah komplikasi yang sering dengan kemungkinan prognosis yang serius bagi jenin. Diagnosis dini menekan resiko karena memberi kesempatan bagi dokter obstetrik melakukan tindakan untuk memperbaiki masalah. Pemeriksaan abdomen pada tiap kunjungan prenatal adalah penting untuk diagnosis dini.Misalnya :- Posisi oksipitalis posterior persistenPada persalinan belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Meskipun ubun-ubun kecil berada dikiri atau dikanan belakang pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal. Dalam keadaan fleksi, bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul ialah oksiput. Oksiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dengan levator aninya membentuk ruang yang lebih luas kedepan, sehingga memberi tempat yang sesuai dengan oksiput. Dengan demikian keberadaan ubun-ubun kecil diberlakang masih dapat dianggap sebagai variase persalinan biasa. Pada kurang dari 10 % keadaan, kadan-kadang ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan sehingga tetap dibelakang. Keadaan ini dinamakan posisi posterior persisten.- Presentasi puncak kepala, dahi dan mukaPada persalinan normal,kepala janin pada waktu mellewati jalan lahir berada dalam keadaan fleksi. Dalam keadaan tertentu fleksi kepala tersebut tidak terjadi sehingga kepala dalam keadaan defleksi. Tergantung pada derajat defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasi muka. Presentasi puncak kepala yang disebut presentasi sinsiput, terjadi apabila derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Presentasi dahi bila derajat defleksinya lebih gerat, sehingga dahi merupakan dahi bagian yang terendah. Presentasi muka bila derajat defleksinya maksimal, sehingga muka janin merupakan bagian yang terendah- Letak sungsangLetak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala terletak difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis lerak sungsang, yakni : presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki. Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian dengan pemerikasaan dalam hanya dapat diraba bokong. Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong, dapat diraba kedua kaki. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki disamping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkar keatas.- Letak lintangAdalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi-sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain.- Presentasi gandaAdalah keadaan dimana disamping kepala janin didalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.b. Kelainan dalam bentuk janin- Hidrosefalus Adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan cerebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasana anatara 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang mencapai 5 liter. Hidrosefalus akan menyebabkan sefalopelvik disproporsi dengan segala akibatnya.- Janin kembar melekatAdalah keadaan dimana terdapat perlekatan antara 2 janin kehamilan kembar. Janin yang satu lebih kecil daripada yang lain tetapi kadang kala kedua janin sama besar.- Janin dengan perut besarPembesaran perut menyebabkan distosia akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium. Kandung kencing yang sangat penuh dapat pula menimbulkan gejala yang sama.- Prolapsus funikuliKeadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah.