Minggu, 10 Mei 2009

pengetahun

1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.(Notoatmodjo, 1997). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.(Notoatmodjo, 2003).
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Lukman, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan (Khayan, 1997 : 34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang. (Nasution : 1999)
d. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya.
f. Informasi
Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.(Notoadmojo 1997 : 13)
4. Kategori pengetahuan
Menurut (Arikunto, 1998) mengemukakan bahwa untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi empat tingkat yaitu :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55 %
d. Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai <>

5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. (Notoatmodjo, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. Aziz (2003). Riset Keperawatan Dan Tehnik Penelitian Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan dan Praktik ). Jakarta: Rieneka Cipta

Notoatmodjo,Soekidjo (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Taufik, M (2007). Prinsip –Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. Jakarta : CV. Infomedika

Rabu, 11 Februari 2009

persalinan

batasan persalinan kala II
dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin.
tanda gejala kala II
ibu ingin meneran (dorongan meneran/doran)
perineum menonjol (perjol)
vulva membuka (vulka)
tekanan anus (teknus)
meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
kepala telah turun di dasar panggul
diagnosis pasti
pembukaan lengkap
kepala bayi terlihat pada introitus vagina
Fase kala II (Aderhold dan robert)
fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap samapi timbul keinginan untuk meneran
faseII : fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran samapi kepala crowning (lahirnya kepala)
fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh badan bayi
Kontraksi
sangat kuat dengan durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali
sangat sakit dan akan berkurang bila meneran
kontraksi mendorong kepala ke ruang panggul yang menimbulkan tekanan pada otot dasar panggul sehingga timbul reflak dorongan meneran
persiapan persalinan
1. persiapan ibu dan keluarga
memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
perawatan sayang ibu
pengosongan kandung kemih/2 jam
pemberian dorongan psikologis
2. persiapan penolong persalinan
perlengkapan pakaian
mencuci tangan (sekitar 15 detik)
3. persiapan peralatan
ruangan
penerangan
tempat tidur
peralatan persalinan
bahan
amniotomi
indikasi amniotomi
jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya
Cara melakukan amniotomi
diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian2 kecil lainnya(bila tali pusat dan bagian2 yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera)
pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati2.
saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari2 tangan kanan anda goreskan klem kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah
biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium(kotoran bayi) atau darah
celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
cuci kedua tangan
periksa kembali denyut jantung janin
catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ
# Keuntungan amniotomi
memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya mekonium
dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu
kateter perekam bis aditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat
lamanya persalinan bisa diperpendek
bukti2 yang ditemukan akhir2 ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi slauran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus
# kerugian amniotomi
tekanan diferensial yang meningkat diekitar kepala janin bis amenimbulkan cacatnya tulang kepala janin
berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat
# sementara amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bis apula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. jadi keuntungan dalam bentuk persaliann yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah. beberpa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.
Keluarnya mekonium pada presentasi kepala
keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium per vaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. faktor2 etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia gravidarum. pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya
insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%. kalau ini merupakan sat2nya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak daripada insidensinya secara keseluruhan
apabila terjadi pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya. meskipun demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif
pada presentasi bokong keluarnya mekonium disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus pada usus bayi dan bukan merupakan gejala atau gawat janin.
Penatalaksanaan kala II
setelah pembukaan lengkap, pmpin untuk meneran pabila timbul dorongan spontan untuk melakukan hal itu
beristirahat diantara kontraksi
berikan posisi yang nyaman bagi ibu
pantau kondisi janin
bila ingin meneran, tapi pembukaan belumlengkap, anjurkan bernafas cepat atau biasa, atur posisi agar nyaman, upayakan tidak meneran hingga pembukaan lengkap
bila pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran, anjurkan untuk mobilisasi atau mengubah-ubah posisi hingga timbul dorongan untuk meneran
bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin menran setealh 60 menit dari sejak pembuakaan lengkap, pimpin untuk meneran saat kontraksi puncak (beri asupan yang cukup)
bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih belum terjadi, rujuk ibu ke fasilitas rujukan
PENTING
bila melakukan pimpinan meneran:
ada tanda pasti kala II (pembukaan lengkap)
ibu ada dorongan kuat untuk meneran
selaput ketuban sudah pecah/dipecahkan
yang dilakukan/diperhatikan dalam pimpinan meneran:
dukungan kepada ibu yang akan melahirkan bayinya
posisi meneran (ibu dibebaskan untuk memilih posisi saat melahirkan, insyaAlloh kita bahas nanti)
cara bernafas diantara/saat meneran
denyut jantung janin (DJJ) 120-160X/detik
batas waktu maksimum melakukan pimpinan meneran:
primipara(pertama kali melahirkan) : 120 menit
multipara(>1xmelahirkan) : 60 menit
jika bayi belum lahir dalam batas waktu tersebut di atas, segera lakukan rujukan
Asuhan Pada Ibu Bersalin Kala II
sejak kehamilan yang lanjut uterus (rahim) dengan jelas terdiri dari dua bagian:
segmen atas rahim (SAR) yang dibentuk oleh corpus uteri
segmen bawah rahim (SBR) yang terjadi dari isthmus uteri
SAR memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan dan mendorong bayi keluar. SBR memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan dan teregang yang akan dilalui bayi.
sifat kontraksi otot rahim
setelah kontraksi otot rahim tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi, yang disebut retraksi. dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. retraksi ini mengakibatkan SAR makin tebal dengan majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.
kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada SBR. sebagian dari isi rahim keluar dari SAR diterima oleh SBR sehingga SAR makin mengecil sedang SBR makin diregang dan makin tipis dan isi rahim pindah ke SBR sedikit demi sedikit.
Perubahan Bentuk Rahim
kontraksi, mengakibatkan sumbu panjang rahim bertambah panjang sedang ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang
pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran melintang berkurang, rahim bertambah panjang. hal ini merupakan salah satu sebab dari pembukaan serviks.
Ligamentum Rotundum
mengandung otot-otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot-otot ini ikut berkontraksi hingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
Perubahan Pada Serviks
agar anak dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari serviks. pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks.
Pendataran Dari Serviks
pemendekan dari canalis servikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis
Pembukaan Dari Serviks
pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubnag yang dapat dilalui bayi, kira2 10 cm.
Faktor yang menyebabkan pembukaan serviks
otot2 serviks menarik pada pinggir ostium
waktu kontraksi SBR dan serviks diregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks
waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat diatas kanalis servikalis ialah yang disebut ketuban.
Perubahan pada vagina dan dasar panggul
pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina
setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak. oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding2 yang tipis. waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas
dari luar, peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka.
Asuhan sayang ibu dan posisi meneran
1. asuhan sayang ibu
asuhan yang aman, berdasarkan evidence based dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu
membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan yang menghargai kebiasaan budaya, praktek keagamaan dan kepercayaan serta melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional sifatnya mendukung. asuhan sayang ibu melindungi hak-hak ibu untuk mendapatkan privasi dan menggunakan sentuhan bila diperlukan
menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses alamiah harus dihindarkan.
berpusat pada ibu dan bukan pada petugas kesehatan dan selalu melihat dahulu ke cara pengobatan yang sederhana dan non intervensi sebelum berpaling ke teknologi
menjamin bahwa ibu dan keluarganya diberitahu tentang apa yan g sedang terjadi dan apa yang bisa diharapkan
bidan harus memastikan seseorang yang telah dipilih ibu untuk mendampingi selama persalinan(suami, ibu, mertua, saudara perempuan, teman)
ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit dan hasil persalinan yang lebih baik.
2. posisi meneran
tenaga kesehatan/bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan dalam posisi yang dipilihnya dan bukan posisi terlentang atau litotomi
posisi terlentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kava inferior serta pembuluh2 lain dari sistem vena tersebut. hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin
posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa postpartum(nifas)
posisi berjongkok, menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi serta dapat melebarkan rongga panggul
posisi duduk, memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi, serta memberi kesempatan bagi ibu untuk istirahat diantara kontraksi
posisi berlutut, dapat mengurangi rasa sakit serta membantu bayio dalam mengadakan rotasi posisi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga untuk mengurangi keluhan haemoroid
posisi berjongkok atau berdiri, dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.
posisi berjalan, berdiri dan bersandar. efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfaatkan gaya gravitasi.
dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilhnya, ibu akan lebih merasa aman. karena fokus utama kita adalah berpusdat kepada kenyamanan klien(ibu) bukan nakes.
Asuhan kala II
1. Pemantauan ibu
tanda-tanda dan gejala kala II
ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina
perineum terlihat menonjol (perjol)
vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka
peningkatan pengeluaran lendir dan darah
evaluasi kesejahteraan ibu
tanda-tanda vital: tekanan darah (tiap 30 menit), suhu, nadi(tiap 30 menit), pernafasan
kandung kemih
urine: protein dan keton
hidrasi: cairan, mual, muntah
kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku dan respon terhadap persalinan serta nyeri dan kemampuan koping
upaya ibu meneran
kontraksi tiap 30 menit
kemajuan persalinan
kemajuan persalinan cukup baik bila penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir serta dimulainya fase pengeluaran
lama kala II rata2 menurut Friedman adalah satu jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara
pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara dianggap sudah abnormal oleh mereka yang setuju dengan pendapat Friedman tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi dengan forceps atau vacum ekstraksi.
kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama, yaitu kira2 2 menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.
2. Pemantauan janin
a. denyut jantung janin (DJJ)
denyut dasar 120-160 x/menit
perubahan DJJ, pantau tiap 15 menit
variasi DJJ dari DJJ dasar
pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit
b. warna dan adanya air ketuban (jernih,keruh, kehijauan/tercampur mekonium)
c. penyusupan kepala janin
Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala II
syok
dehidrasi
infeksi
preeklampsia/eklampsia
inersia uteri
gawat janin
penurunan kepala terhenti
adanya gejala dan tanda distosia bahu
pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
kehamilan ganda(kembar/gemelli)
tali pusat menumbung/lilitan tali pusat
Asuhan Dukungan
pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin
membantu pernafasan
membantu teknik meneran
ikut sertakan serta menghormati keluarga yang menemani
berikan tindakan yang menyenangkan
penuhi kebutuhan hidrasi
penerapan Pencegahan Infeksi (PI)
pastikan kandung kemih kosong

fase laten dalam persalinan

PENDAHULUANIndonesia dengan tingkat kematian ibu 450/100000 kelahiran hidup perlu segera mengambil langkah-langkah yang positif untuk menanggulanginya antara lain agar setap ibu hamil dapat di periksa oleh petugas kesehatan dan di mana agar segala kelainan yang timbul pada proses persalinan dapat diketahui lebih awal dan dapat segera diatasi.Mengetahui lebih awal persalinan abnormal dan mencegah terjadinya persalinan lama akan menurunkan resiko perdarahan postpartum dan sepsis secara bermakna yang pada akhirnya akan meniadakan persalinan macet, pecahnya kandungan atau peranakan (ruptura uteri) dan akhirnya menurunkan kematian dan kesakitan ibu serta mengurangi risiko infeksi pada bayi yang baru lahir. Perpanjangan fase laten terjadi bila lebih dari 14 jam pada primigravida dan lebih dari 20 jam pada multipara.Menurut statistik persalinan macet dan pecahnya peranakan menyumbangkan 70% dari semua kematian ibu.Dengan mengetahui fase laten dalam persalinan maka akan membantu perugas kesehatan dalam pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dipercepat atau diakhiri persalinan dan juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantau janin dan ibu selama persalinan dan juga membantu menurunkan masalah janin dan ibu.DEFINISI DAN PENGERTIANKemajuan dari persalinan mungkin tergambar dalam suatu grafik. Sebagian besar persalinan normal mengikuti suatu kurva yang digambarkan oleh friedman. Pengetahuan tentang kurva ini akan mendeteksi kelainan dari persalinan yang bersifat dini.Pada umumnya keadaan umum medis dari pasien, arsitek panggul besar, posisi dan presentasi janin, kekuatan kontraksi uterus serta perlunakan dan penipisan serviks akan mempengaruhi kemajuan persalinan sebagaimana yang akan digambarkan daripada kurva persalinan.Dengan mengetahui lebih dalam dari beberapa faktor ini akan memungkinkan dokter untuk meramal jenis persalinan pada pasien dan oleh karena itu dapat mengantisipasi masalah-masalah yang timbul serta melakukan intervensi yang mungkin diperlukan.Klinis dapat dinyaktakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah. Lendir yang bersemu darah itu berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada disekitar servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran keruban maka seviks membuka.Fase laten persalinan dimulai sejak awal persalinan sampai pembukaan 3 cm, kalau fase laten ini berlangsung lebih dari 8 jam dengan his 2 kali dalam 10 menit maka persalinan akan cenderung mengalami kesulitan. Kalau ibu bersalin di puskesmas maka harus segera dirujuk kerumah sakit. Fase laten pada multipara 5 - 6 jam.Fase laten biasanya diukur dalam jam, lamanya tergantung pada beberapa keadaan, jika penipisan yang sempurna atau hampir sempurna telah terjadi ketika kontraksi dimulai maka fase laten akan lebih singkat. Jika kontraksi uterus dimulai dengan penipisan serviks kurang baik dan bagian bawah masih dalam station yang tinggi maka terjadinya fase laten relatif lebih lama, meskipun hal ini tak selalu berarti patologik.TANDA-TANDA PERSALINAN 31. Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan dengan sifarnua sebagai berikut:-. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan-. Teratur-. Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya-. Kalau dibawa berjalan bertambah kuat-. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sediki ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen rahim hingga beberapa capilar terputus.3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong konyong dari jalan lahirhal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadan-kadang selaput robek sebelum persalinan.Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta menjadi tua pada kehamilan tua, serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami degenerasi. Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks, akibatnya kontraksi uterus dibangkitkan.Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan servik1. Mungkin otot-otot seviks menarik pada pinggir ostium dan membesarkannya.2. Waktu kontraksi segmen bawah rahim dan seciks deregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks3. Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat diatas kanalis sevikalis ialah yang disebut selaput ketuban, menonjol kedalam canalis servikalis, dan membukanya. Kalau tidak ada ketuban, karena misalnya ketuban sudah pecah, faal dilatasi dari ketuban diambil oleh kepala.Faal ketuban ini mungkin karena selaput anak pada segmen bawah rahim merupakan pendahuluan dari pembukaan serviks, kadang-kadang pada kehamilan cukup bulan, pelepasan selaput janin dengan jari kita dapat memulai persalinan.. Agar anak dapat keluar rahim maka perut terjadi pembukaan dari serviks. Yang dimaksud dengan pembukaan serviks ialah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya merupakan suatu lobang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lobang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm.Pembukaan serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks. Yang dimaksud pendataran dari serviks ialah pemendekan dari kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran yang panjanganya 1 – 2 cm, menjadi suatu lobang saja dengan pinggir yang tipis. Bagi pemeriksa, pendataran terutama nampak pada portio yang makin pendek dan akhirnya rata dengan majunya persalinan. Pendataran dari serviks ini terjadi dari atas ke bawah, mula-mula bagian serviks didaerah ostium internum ditarik ke atas dan menjadi lanjuran dai segmen bawah rahim sedangkan ostium eksternum sementara tidak berubah. Sebetulnya pendataran serviks yang pendek (lebih dari setengahnya telah merata) merupakan tanda dari serviks yang matang.FASE LATEN YANG MEMANJANG ATAU ABNORMALITAS PERSALINANDapat disebabkan beberapa faktor:1. kecemasan dan ketakutan2. pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik yang terlalu cepat pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif.3. abnormalitas pada tenaga ekspulsi4. abnormalitas pada panggul5. kelainan pada letak dan bentuk janin1. Kecemasan dan ketakutanhamil dan persalinan merupakan suatu pengalaman yang paling indah, tetapi merupakan suatu tugas biologis yang terberat dalam kehidupannya. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah wanita tersebut itu hamil. Misalnya perubahan fisik yang nyata seperti perubahan pada genitalia, adanya hiperpigmentasi antara lain topeng kehamilan, bertambah besarnya perut dan sebagainya. Demikian pula perubahan-perubahan psikis misalnya takut atau cemas menghadapi proses persalinan dan sebagainya, ketegangan jiwa ini dibawa terus sampai kepada proses persalinan, sehingga menimbulkan lingkaran fear tension pain yang akan mengakibatkan proses persalinan tidak lancar.Perasaan takut dan keadaan yang menggelisahkan wanita hamil dapat menimbulkan ketegangan, sehingga ketenangan yang harus dikuasai selama persalinan tidak tercapai, semua ini dapat dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepada penolong yang dapat dicapai dengan:- Dokter atau bidan memberi perawatan selama kehamilan dan memberi perhatian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi wanita hamil tersebut, disertai deiskusi dan sikap penuh kesabaraan selama memeriksa kehamilan.- Dengan mengikuti dan melakukan latihan senam hamil secara teratur dan intensif. Dengan persiapan tersebut diatas diharapkan wanita menghadapi persalinan dengan tenan, penuh percaya diri. Dengan demikian dapat dihindarkan sejauh mungkin penggunaan alat-alat narkosa yang dapat merugikan kesehatan ibu dan anak.2. Pemberian analgetika yang kuat dan anastesia sebelum fase aktif Usaha-usaha mengurangi sakit pada wanita yang bersalin dapat dibagi menjadi 2 golongan:1. Usaha-usaha mengurangi nyeri dalam kala I dan permulaan kala II yang disebut analgesia. Pada masa ini tidak usah dalam, tetapi harus mencakup waktu yang lama sekali ialah kadang-kadang sampai 18 jam.2. Usaha-usaha mengurangi rasa nyeri menjelang bayi lahir disebut anastesi. Usaha mengurangi nyeri harus lebihg intensif, tetapi hanya perlu selama waktu yang terbatas sekali.Semua obat yang dipergunakan untuk mengurangi nyeri waktu persalinan harus memenuhi syarat-syarat sbb:- Tidak membahayakan ibu- Tidak membahayakan anak- Tidak memperngaruhi his, kalau obat anastesia mempengaruhi his, maka tentu mempengaruhi kemajuan janin.Tidak banyak obat yang mempengaruhi ketiga syarat tersebut, terutama syarat kedua sukar untuk dipenuhi karena semua obat anestesia yang diberkan secara umum menembus plasenta dan juga mempengaruhi janin, sehingga timbul hipoksia pada janin tersebut. Saat kita memulai memberikan analgesi hrus tepat. Kalau terlalu cepat kita memulai memberi analgesia, maka dapat menimbulkan partus lama. Biasanya analgesia baru diberikan kalau ternyata bahwa pendataran dan pembukaan cervix lancar. Pada seorang primigravida biasanya baru dimulai pada pembukaan 3 cm, dan pada multi para pada pembukaan 4 cm.Obat-obat yang diberikan untuk analgetik obstetris ialah:- Inhalasi chloroform atau eter- Morphin, demerol, barbiturat- Scopolamin- Kombinasi antara salah satu obat: misal morphin, demerol, barbiturat dengan scopolamin- Paracervical blokObat yang diberikan untuk anasthesia obstetris:- Obat-obat yang menghilangkan kesadaran : inhalasi anastesi (chloroform, ether NO2 cyclopran) atau anastesia yang diberikan seperti pent*tal.- Obat-obat dan cara-cara yang tidak mengurangi kesadaran : anasthesi spinal atau anestesi infiltrasi.3. Abnormalitas pada tenaga ekspulsiTerbagi atas:Ad.1 Inersia uteri Inersia uteri primer atau hipotonikDisini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian lain. Peranan fundus tetap menonjol. Kelainan terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang dari pada biasa. Keadaan umum penderita biasa lebih baik dan rasa nyeri tidak seberapa.Inersia uteri sekunderTimbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang lama, seting timbul terjadi pada wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik tentang persalinan.Diagnosis :Insersia uteri paling sulit pada masa laten karena konteaksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan telah dimulai diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks yakni pendataran dan pembukaan.Terapi : Program terapi istirahat Infus oksitosin Seksio sesaria bila ada tanda gawat Ad.2 Incoordinate uteri actionSifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasanya karena tidak ada sinkron pada bagian-bagiannya . tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.4Ada kalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis di katakan primer jika serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubungan dengan incoordinate uterie action. Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks misal karena ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasme sirkuler setempat sehingga terjadi penyempitan kavum uteri. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi.Penanganan : - Pemberian analgetika seperti morphin dan petidin- Sectio caesaria pada distosia cervikalis sekunder4. Abnormalitas pada panggulSering disebut CPD atau cephalopelvic disproportion, dimana sering terjadi ketika kepala fetus terlalau besar untuk melalui rongga pelvis. Ini dapat terjadi bila kepala terlalu besar, misalnya pada kasus hidrosephalus, atau pelvis terlalu kecil atau kelainan bentuk. Panggul keci dapat disebabkan oleh karena penyakit rakhitis yang terjadi pada masa anak-anak. Kelainan tulang pada masa anak-anak menyebabkan kelainan bentuk pada pelvis. Bentuk yang sering terjadi pada cephalopelvic disproportio adalah dimana kelainan posisi dari oksipito posterior. Di beberapa kasus tidak ada kelainan pada pelvis atau kepala fetus. Kelainan dari diameter presentasi dari defleksi oksipito posterior lebih banyak dari posisi anterior dan akan menyebabkan terjadinya kesulitan dalam persalinan. Pada beberapa kasus cephalopelvic disproportio relatif dapat melahirkan persalinan pervaginam.Diagnosis :Kelainan-kelainan yang terjadi seperti hidrosefalus atau cephalopelvic disproportion harus dapat terdeteksi selama persalinan. Dimana biasanya kala I memanjang. Dan terjadi kelainan pada penurunan kepala, nyata dapat diperksa pada pemeriksaan vagina atau abdomen. Moulding akan terjadi pada penurunan kepala dimana tulang tengkorak fetus akan saling mendesak satu sama lain. Tulang parietal terlalu mendesak dengan yang lainnya dan juga pada tulang frontal. Moulding sering terjadi pada proses persalinan dan pada cephalopelvic disproportion, tulang-tulang menjadi saling tumpang tindih. Jaringan subkutan dan kulit kepala menjadi edema akibat waktu yang lama pada persalinan akibat cephalopelvic disproportioPenanganan : -. Sectio caesaria5. Abnormalitas dalam kelainan lerak dan bentuk janina. Kelainan letakadalah komplikasi yang sering dengan kemungkinan prognosis yang serius bagi jenin. Diagnosis dini menekan resiko karena memberi kesempatan bagi dokter obstetrik melakukan tindakan untuk memperbaiki masalah. Pemeriksaan abdomen pada tiap kunjungan prenatal adalah penting untuk diagnosis dini.Misalnya :- Posisi oksipitalis posterior persistenPada persalinan belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Meskipun ubun-ubun kecil berada dikiri atau dikanan belakang pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu bila kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai bentuk serta ukuran normal. Dalam keadaan fleksi, bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul ialah oksiput. Oksiput akan memutar kedepan karena dasar panggul dengan levator aninya membentuk ruang yang lebih luas kedepan, sehingga memberi tempat yang sesuai dengan oksiput. Dengan demikian keberadaan ubun-ubun kecil diberlakang masih dapat dianggap sebagai variase persalinan biasa. Pada kurang dari 10 % keadaan, kadan-kadang ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan sehingga tetap dibelakang. Keadaan ini dinamakan posisi posterior persisten.- Presentasi puncak kepala, dahi dan mukaPada persalinan normal,kepala janin pada waktu mellewati jalan lahir berada dalam keadaan fleksi. Dalam keadaan tertentu fleksi kepala tersebut tidak terjadi sehingga kepala dalam keadaan defleksi. Tergantung pada derajat defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasi muka. Presentasi puncak kepala yang disebut presentasi sinsiput, terjadi apabila derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Presentasi dahi bila derajat defleksinya lebih gerat, sehingga dahi merupakan dahi bagian yang terendah. Presentasi muka bila derajat defleksinya maksimal, sehingga muka janin merupakan bagian yang terendah- Letak sungsangLetak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala terletak difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis lerak sungsang, yakni : presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki. Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian dengan pemerikasaan dalam hanya dapat diraba bokong. Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong, dapat diraba kedua kaki. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki disamping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkar keatas.- Letak lintangAdalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi-sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain.- Presentasi gandaAdalah keadaan dimana disamping kepala janin didalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.b. Kelainan dalam bentuk janin- Hidrosefalus Adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan cerebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasana anatara 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang mencapai 5 liter. Hidrosefalus akan menyebabkan sefalopelvik disproporsi dengan segala akibatnya.- Janin kembar melekatAdalah keadaan dimana terdapat perlekatan antara 2 janin kehamilan kembar. Janin yang satu lebih kecil daripada yang lain tetapi kadang kala kedua janin sama besar.- Janin dengan perut besarPembesaran perut menyebabkan distosia akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium. Kandung kencing yang sangat penuh dapat pula menimbulkan gejala yang sama.- Prolapsus funikuliKeadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah.

Rabu, 28 Januari 2009

Ibu Negara Serukan Inisiasi Menyusui Dini


Buat halaman ini dalam format PDF Cetak halaman ini
KESRA--28 AGUSTUS: Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, di Jakarta, menyerukan agar semua pihak memenuhi hak bayi untuk disusui pertama kali oleh ibunya sebelum satu jam pertama sejak kelahiran.

Siaran pers UNICEF yang diterima Antara, Senin, dalam diskusi bersama para penggiat organisasi wanita, dokter, bidan, pimpinan rumah sakit, serta instansi pemerintah terkait, Ibu Negara membahas pentingnya inisiasi menyusui dini. Program yang digagas oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Prof. Meutia Hatta Swasono, itu sekaligus menandai satu tahun Ibu Negara menjadi Duta ASI Nasional dan puncak Bulan ASI di Indonesia.

Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup, itu artinya dalam satu tahun sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.

Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana dan diterbitkan dalam jurnal ilmiah "Pediatrics", 22 persen kematian bayi yang baru lahir - yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama - dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran.

Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program "Inisiasi Menyusui Dini" dapat menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran.

Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya. Itu pula sebabnya Inisiasi Menyusui Dini tahun ini menjadi tema "Pekan ASI se-Dunia", sesuai dengan ketetapan yang dikeluarkan oleh Asosiasi ASI Dunia (WABA).

Sayangnya, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 hanya ada empat persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya. Ibu Negara mengimbau semua petugas kesehatan yang terlibat dalam persalinan, termasuk dokter, suster, dan bidan, agar membantu ibu-ibu melaksanakan Inisiasi Menyusui Dinia segera setelah melahirkan.

Sejak tahun 2006 lalu Departemen Kesehatan bersama UNICEF melatih tenaga kesehatan dan kader masyarakat tentang konseling menyusui dengan tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif yang dapat mengurangi masalah kurang gizi serta kematian balita di Indonesia. Menurut Kepala Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Dr. Gianfranco Rotigliano, peningkatan pemberian ASI eksklusif kepada bayi-bayi Indonesia akan mengurangi masalah gizi dan kesehatan balita.

ASI bukan cuma sumber gizi terbaik, tetapi dapat menyelamatkan jiwa bayi pada bulan-bulan pertama yang rawan, tambahnya. Data UNICEF menyebutkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kelahiran dapat mencegah kematian sekitar 1,3 juta bayi di seluruh dunia tiap tahun.

Namun, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003, hanya delapan persen bayi Indonesia yang mendapat ASI eksklusif enam bulan sedangkan pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. (rol/broto)

Kamis, 15 Januari 2009

manfaat senam hamil

Olah raga sangat penting bagi ibu hamil, untuk tetap mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar. Namun olah raga yang dilakukan, juga harus yang sesuai dengan perubahan fisik. Senam yang pas dilakukan saat kehamilan adalah senam hamil. Selain untuk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan.
SYARAT MENGIKUTI SENAM HAMIL
1. Dimulai pada kehamilan antara 28-30minggu.
2. Kehamilan normal dengan rekomendasi dari dokter / bidan.
3. Latihan secara teratur4. Pakaian senam cukup longgar
5. Menggunakan matras / kasur (TIDAK diLantai).

LATIHAN YANG DAPAT DILAKUKAN
Latihan I : duduk bersila
Latihan II : melemaskan otot paha bagian dalam
Latihan III : latihan yg berhubungan dengan kaki
Latihan IV : latihan dasar pernafasan :
A : Pernafasan perut
B : Pernafasan Iga-iga
C : Pernafasan Dada
Latihan V : memperbaiki panggul jatuh ke depan
Latihan VI : menguatkan otot betis
Latihan VII : menguatkan otot pantat
Berikut beberapa tujuan senam hamil:

1. Menguasai teknik pernapasan.
Latihan pernapasan sangat bermanfaat untuk mendapatkan oksigen, sedangkan teknik pernapasan dilatih agar ibu siap menghadapi persalinan.

2. Memperkuat elastisitas otot.
Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, sehingga dapat mencegah atau mengatasi keluhan nyeri di bokong, di perut bagian bawah dan keluhan wasir.

3. Mengurangi keluhan.
Melatih sikap tubuh selama hamil sehingga mengurangi keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh.

4. Melatih relaksasi.
Proses relaksasi akan sempurna dengan melakukan latihan kontraksi dan relaksasi yang diperlukan untuk mengatasi ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan.

5. Menghindari kesulitan.
Senam ini membantu persalinan sehingga ibu dapat melahirkan tanpa kesulitan, serta menjaga ibu dan bayi sehat setelah melahirkan.

Hampir di setiap rumah sakit bersalin memiliki kelas senam hamil. Ada baiknya Anda mensurvey rumah sakit tempat Anda akan bersalin, sekaligus mengikuti program senam hamil di rumah sakit tersebut.

Tapi bila lokasinya jauh dan Anda tak punya cukup waktu untuk ke rumah sakit, sebenarnya senam hamil juga bisa dilakukan sendiri di rumah. Namun senam ini harus dilakukan secara teratur, dengan kondisi yang tenang dan menggunakan pakaian yang longgar. Berikut beberapa petunjuk dalam melakukan senam hamil:

Latihan Otot Kaki

1. Duduklah dengan posisi kedua lutut diluruskan, tubuh bersandar pada kedua lengan yang diletakkan di belakang pantat.
2. Tegakkan kedua telapak kaki dengan lutut menekan kasur. Kemudian tundukkan kedua telapak kaki bersama jari-jarinya. Ulangi beberapa kali.
3. Hadapkan kedua telapak kaki satu sama lain dengan lutut tetap menghadap ke atas, kembalikan ke posisi semula. Ulangi terus sebanyak beberapa kali.
4. Kedua telapak kaki digerakkan turun ke arah bawah, lalu gerakan membuka ke arah samping, tegakkan, kembali, dan seterusnya.
5. Kedua telapak kaki buka dari atas ke samping turunkan, hadapkan, kembali ke posisi semula, dan seterusnya.

Kegunaan: Memperlancar sirkulasi darah di kaki dan mencegah pembengkakan pada pergelangan kaki.

Latihan Pernafasan

1. Pernafasan perut- Tidurlah terlentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokkan dan dibuka kurang lebih 20 cm. - Letakkan kedua telapak tangan di atas perut di sekitar pusat sebagai perangsang. Keluarkan napas dari mulut (tiup) sambil tangan menekan perut ke dalam. - Tarik napas dari hidung dengan mulut tertutup, perut mengembang mendorong kedua tangan ke atas. Perhatikan bahwa gerakan pernafasan dilakukan dengan perut (jadi dada tidak ikut kembang kempis).
Kegunaan: Melemaskan dinding perut agar mudah diperiksa oleh dokter/bidan.

2. Pernafasan iga - Tidur terlentang (seperti pada pernapasan perut), letakkan kedua tangan dalam posisi mengepal di iga sebagai perangsang. - Bernapaslah seperti pada pernapasan perut, dengan pengecualian tangan menekan iga ke dalam dan iga mengembang mendorong kedua tangan ke arah samping luar.
Kegunaan: Mendapatkan oksigen sebanyak mungkin.

3. Pernapasan dada- Tidur terlentang (seperti pada pernapasan perut), letakkan kedua tangan di dada bagian atas. - Keluarkan napas dari mulut (tiup) dengan tangan menekan dada ke arah dalam. - Tarik napas dari mulut dengan mulut terbuka, dada mengembang mendorong ke dua tangan ke atas.
Kegunaan: Mengurangi rasa sakit saat bersalin.

4. Pernapasan panting (pendek-pendek dan cepat)Pernapasan ini menyerupai pernapasan dada, hanya saja irama pernapasan lebih cepat dengan gerakan napas dihentikan separuhnya (bernapas tidak terlalu dalam, pendek-pendek saja).
Kegunaan: Istirahat atau menghilangkan lelah sesudah mengejan. Juga dilakukan saat ibu sudah merasa ingin mengejan sementara pembukaan belum lengkap, supaya jalan lahir tidak bengkak atau sobek.Semua gerakan latihan pernapasan di atas sebaiknya dilakukan enam kali sehari, di pagi hari sesudah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur.

Latihan Otot Panggul

1. Tidur terlentang, kedua lutut dibengkokkan.
2. Letakkan kedua tangan di samping badan. Tundukkan kepala dan kerutkan pantat ke dalam hingga terangkat dari kasur.
3. Kempeskan perut hingga punggung menekan kasur. Rasakan tonjolan tulang panggul bergerak ke belakang.
4. Lemaskan kembali dan rasakan tonjolan tulang bergerak kembali ke depan. Ulangi gerakan ini 15-30 kali sehari
Kegunaan: Mengembalikan posisi panggul yang berat ke depan, mengurangi dan mencegah pegal-pegal, sakit pinggang dan punggung serta nyeri di lipat paha.

Latihan Otot Betis

1. Berdiri sambil berpegangan pada benda yang berat dan mantap.
2. Posisikan ibu jari dan jari-jari lain menghadap ke atas.
3. Regangkan kaki sedikit dengan badan lurus dan pandangan lurus ke depan.
4. Tundukkan kepala seraya berjongkok perlahan sampai ke bawah tanpa mengangkat tumit dari lantai.
5. Setelah jongkok, lemaskan bahu. Kempeskan perut, kemudian perlahan kembalilah berdiri tegak, lepaskan kerutan. Lakukan enam kali dalam sehari.
Kegunaan: Mencegah kejang di betis.

Latihan Otot Pantat

1. Tidur terlentang tanpa bantal, kedua lutut dibengkokkan dan agak diregangkan.
2. Dekatkan tumit ke pantat dengan kedua tangan di samping badan.
3. Kerutkan pantat ke dalam sehingga lepas dari kasur, angkat panggul ke atas sejauh mungkin. 4. Turunkan perlahan (pantat masih berkerut), lepaskan kerutan, dsb. Ulangi enam kali sehari.

Kegunaan: Mencegah timbulnya wasir saat mengejan.

Latihan Anti Sungsang

1. Ambil posisi merangkak, kedua lengan sejajar bahu, kedua lutut sejajar panggul dan agak diregangkan.
2. Kepala di antara kedua tangan, tolehkan ke kiri atau ke kanan.
3. Letakkan siku di atas kasur, geser siku sejauh mungkin ke kiri dan ke kanan hingga dada menyentuh kasur. Lakukan sehari 2 kali selama 15 - 20 menit/kali.
Kegunaan: Mempertahankan dan memperbaiki posisi janin agar bagian kepala tetap di bawah. (berbagai sumber)

Selasa, 13 Januari 2009

manfaat hubungan sek yang sehat

hubungan sek yang sehat itu seperti apa sih?
sek bagi banyak orang masih dianggap tabu tapi bagi sebagian lagi menganggap sek hanyalah sebuah permainan semata. Pendapat tersebut salah total, hubungan sek bisa selain mendatangkan keuntungan ternyata juga mendatangkan wabaah. selain menimbulkan berbagai penyakit kelamin termasuk penyakit mematikan HIV/AIDS, sek ternyata juga mendatangkan keuntungan. Sek yang dilakukan oleh pasangan suami istri dapat membuat orang awet muda dan mencegah timbulnya berbagai macam penyakittermasuk penyakit jantung, karena pada saat orgasme otak nengeluarkan hormon yang bermanfaat bagi tubuh. Hal ini sesuai pernyataan yang pernah disampaikan oleh dokter Boyke Dian Nugraha, spOG pada waktu beliau menghadiri seminar di Jawa Tengah pada awal 2008 lalu.
mengapa hanya sek yang dilakukan oleh suami istri saja?
Pada saat melakukanhubungan sek suami istri tidak ada pikiran apapun yang menjadi beban, hal ini yang menyebabkan pada saat orgasme otak bisa mengeluarkan hormon yang bermanfaat bagi tubuh. Sedangkan pada hubungan sek ang dil;akukan oleh pasangan bukan suami istri, pada saat orgasme otak tidak bisa mengeluarkan hormon tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat melakukan hubungan sek pasangan tersebut masih memikirkan berbagi macam persoalan diantarnya: takut ketahuan orang lain, takut kalau hubungannya bisa membuat pasangan hamil dll, walaupun hubungan tersebut didasari rasa suka sama suka tapi pikiran tersebut tetap saja ada. Hal ini yang membuat otak tidak bisa mengeluarkan hormon tersebut.
Buat para pembaca perlu diingat bahwa hubungan sek yang bermanfaat bagi kesehatan itu hanya hubungan yang dilakukan oleh pasangan suami istri bukan hubungan sek yang dilakukan diluar pernikahan"wlaupuan hubungan Anda didasari oleh rasa suka sama suka".
Mudah-mudahan tulisan saya ini dapat bermanfaat dan dapat mendatangkan Ridho dari Allah SWT, Amiennn....... Tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman saya waktu mengikuti seminar dokter Boyke karena saya sendiri juga belum menikah jadi saya juga belum pernah mempraktekkannya.

Kamis, 08 Januari 2009

indonesia ku gempa terus

Pengungsi Mencapai 7.350 Orang Akibat Gempa di Papua dan Papua Barat


06 Jan 2009
Berdasarkan data yang diterima dari Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Depkes RI tanggal 5 Januari 2009 hingga pukul 11.30 WIB dari Dinas Kesehatan Prov. Papua Barat, PPK Sub Regional papua, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang terkena gempa, RSUD Manokwari, RSUD Sorong serta BMG, jumlah korban jiwa akibat gempa bumi tektonik di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, Kab. Sorong Prov. Papua Barat dan Kab. Biak Numfor Prov. Papua sebanyak 2 orang (1 orang di Kab. Manokwari dan 1 orang di Kota Sorong). Sedangkan korban luka mencapai 13 korban luka berat (7 orang di Kab. Manokwari, 5 orang di Kota Sorong, dan 1 orang di Kab. Sorong). Dan korban luka ringan mencapai 255 orang (237 orang di Kab. Manokwari, 13 orang di Kota Sorong, dan 5 orang di Kab. Sorong). Hingga saat ini jumlah pengungsi mencapai 7350 orang yang tersebar di 31 titik pengungsian.
Demikian informasi yang diperoleh Pusat Komunikasi Publik Depkes RI dari PPK tentang perkembangan penanggulangan gempa tektonik di Prov. Papua dan Papua Barat tanggal 6 Januari 2009.
Gempa tersebut juga mengakibatkan bangunan RSUD Manokwari mengalami kerusakan ringan dan beberapa flowmeter oksigen pecah. Sedangkan Gedung obat di RS Sele Be Solu Kota Sorong roboh dan gedung RS tersebut mengalami keretakan.
Departemen Kesehatan RI telah memberikan dana bantuan untuk operasional bencana ke Dinkes Kab. Manokwari sebesar 200 juta rupiah. Departemen Kesehatan juga memberi bantuan logistik ke Dinkes Papua Barat berupa 2 ton MP ASI biskuit, 2 ton obat-obatan paket gempa bumi, 2 box lidocain inj. (60 amp) dan 20 buah flowmeter oksigen. Bantuan telah tiba di Manokwari tanggal 5 Januari 2009. Sedangkan Dinkes Prov. Papua mengirim 4 koli obat-obatan ke Kab. Manokwari berupa obat anestesi, antibiotik, ATS, obat pelayanan dasar dan obat trauma. Bantuan tenaga kesehatan yang telah tiba di Kab. Manokwari sebanyak 18 orang (7 orang dari PPK Makasar, 2 orang dari PPK Depkes, 2 orang dari Bulan Sabit Merah, dan 7 orang dari Dinkes Prov. Papua).
Sampai saat ini permasalahan kesehatan masih dapat diatasi oleh jajaran kesehatan setempat. Namun demikian, Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari, Dinas Kesehatan Kota Sorong, Dinas Kesehatan Kota Sorong, Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong, Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, PPK Sub Regional Papua dan PPK Depkes RI terus melakukan upaya pemantauan terhadap perkembangan permasalahan kesehatan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5292 1669, 021-522 3002 atau alamat e-mail puskom.depkes@gmail.com
HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
DI BPS NGUDI RAHARJO CEPOGO
BOYOLALI
2009


PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu : 1. Eko Budi Siswanto, SKM
2. Edy Siswanto, SKM
AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI
2008

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang tiada Tuhan selain- Nya yang menguasai alam semesta ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa terarah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa istiqomah mengikuti petunjukNya.
Berkat rahmat dan pertolongan serta petunjuk Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM”.
Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini merupakan tugas dari mata kuliah Metodologi Penelitian.
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yanti, S.Si.T, selaku Direktur Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali
2. Eko Budi Siswanto, SKM dan Edy Siswanto, SKM selaku Dosen Pengampu
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini banyak kekurangan, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempumakan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap semoga ProposaKarya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.


Boyolali, Desember 2008

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya AKI di Indonesia yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju (Sarwono, 1999 : 450).
Menurut Hoo Swie Tjiong (1962), frekuensi anemia dalam kehamilan di Indonesia mencapai angka 18,9%, sedangkan menurut Njo Tiong Tia dan Poerwo Soedarmo (1975) anemia pada kehamilan mencapai angka 16,1% pada trimester I dan 49,9% pada trimester III (Mochtar Rustam, 1998 : 146).
Anemia pada kehamilan dapat menimbulkan gangguan his (inersio uteri), kekuatan mengejan sehingga ibu menjadi lemah dan dapat memperlambat persalinan (partus lama). Selain itu anemia pada kehamilan juga dapat mengakibatkan atonia uteri dan menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum (Mochtar Rustam, 1998 : 146).
Sebagai gambaran anemia dapat menyebabkan HPP dikarenakan pada kondisi dengan ibu dengan anemia dapat menyebabkan kala 3 berlangsung lama / memanjang sehingga terjadi atonia uteri sebagai salah satu penyebab HPP primer. Jelaslah disini bahwa anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya HPP.
Dari data yang didapatkan peneliti, jumlah persalinan di BPS Ngudi Raharjo Cepogo selama 6 bulan terdapat 75 persalinan. 30 diantaranya terjadi perdarahan post partum. Dari kasus tersebut 22 kasus perdarahan ibu mempunyai riwayat anemia pada waktu hamil dan 8 kasus terjadi karena sebab lain. Melihat fenomena diatas maka kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan anemia dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah Hubungan anemia ibu hamil dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan anemia ibu hamil dengan HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran umum anemia
b. Untuk mengetahui gambaran umum HPP di BPS Ngudi Rahayu Cepogo
c. Untuk menganalisis hubungan anemia dengan HPP

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi bidan
Hasil penelitian ini daat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan antenatal care selama kehamilan agar mendeteksi secara dini kejadian anemia.
2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat tentang pengaruh anemia pada perdarahan post partum
3. Bagi penelitia
Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang kejadian anemia pada ibu hamil dengan perdarahan post partum












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Anemia Kehamilan

a. Pengertian
Anemia kehamilan menurut WHO adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah 11 gram % pada trisemester 1 dan 3 atau kadar Hb kurang dari 10,5 gram % pada trimester 2, pada ibu yang tidak hamil kurang dari 12 gram
b. Penggolongan anemia
Batasan penggolongan anemia kehamilan adalah Hb 11 gram % tidak anemia, 9-10 gram % anemia ringan, 7-8 gram % anemia sedang, < 7 gram % anemia berat. Perbedaan kadar Hb antara ibu hamil dan tidak hamil karena pada kehamilan terjadi proses hemodilusi yang puncaknya pada kehamilan trimester 2 atau 32 minggu (Prawirohardjo, 2002 : 28).
c. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebab, anemia kehamilan di Indonesia anemia dibagi menjadi 4 yaitu : (Prawirohardjo, 2002 : 451-458)
1) Anemia defisiensi besi (62,3 %)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia kekurangan besi yang disebabkan karena, kurang masuknya unsur besi dengan makanan, gangguan resopsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada pendarahan.
Pada trimester terakhir kehamilan, keperluan akan besi bertambah. Apabila masuknya besi tidak ditambah, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar.
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg – 15 mg – 15 mg ; Lipi Indonesia (1968) : 12 mg - 17 mg - 17 mg.
Kemasan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral.
a) Peroral : sulfat ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3 - 5 x 0,20 Mg
b) Parental : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena. Kemasan ini antari lain : interon, jectopes, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dari pada peroral.
Pencegahan:
Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein, dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.
2) Anemia Megaloblastik (29,0 %)
Anemia megaloblastik disebabkan karena kekurangan asam folik, biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Pengobatan :
a) Asam folik 15 - 30 mg per hari
b) Vitamin B 12 3 x 1 perhari
c) Sulfas serosus 3 x 1
d) Pada kasus berat dan pengobatan peroral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan tranfusi darah
Pencegahan :
Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah-daerah dengan frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil, maka harus ditambah dengan asam folik.
3) Anemia hipolastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Penyebab lain karena infeksi berat, keracunan, sinar rontgen, sinar radiasi.
Pengobatan:
Dengan obat-obatan kurang memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu transfusi darah yang perlu sering diulang.
4) Anemia heniolitik (0,7%)
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
a) Faktor intrakorpuskuler : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer talasemia; anemia sickle (sabit); hemoglobinopati C, D, G, H, I ;dan paraksimal noctural hemoglinobinuria.
b) Faktor intrakorpuskuler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, obat-obatan dan lain-lain.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.
d. Penyebab Anemia
Penyebab terbanyak anemia dalam kehamilan adalah akibat kekurangan zat besi atau yang sering disebut dengan istilah defisiensi zat besi. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi besi adalah sebagai berikut (http.//.paj.or.id//):
1) Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi
2) Malabsorbsi zat besi (penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung zat besi diabsorbsi dari saluran pencernaan sebagian besar zat besi diabsorbsi dari usus halus bagian atas terutama duedenum. Bila terjadi gangguan pencernaan, maka observasi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan kehilangan kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan set darah merah terhambat.
3) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, maka kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.
4) Kehamilan suplai zat besi ibu dialihkan kejanin untuk pembentukan sel darah merah ke janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.
e. Patofisiologi Anemia
Menurut WHO, wanita hamil dinyatakan mengalami menderita anemia jika kadar Hb kurang dari 11 gram %. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan terjadi perubahan-perubahan sirkulasi darah dimana dibutuhkan tambahan suplai ke plasenta, uterus yang membesar serta bagian-bagian lainya seperti payudara. Dalam hal ini terdapat perubahan hematology dimana terjadi peningkatan plasma darah dan sel darah merah dengan perbandingan plasma darah meningkat 30%, sel darah merah 18%, hemoglobin 19% (Prawirohardjo, 2002 : 32).
Peningkatan yang tidak seimbang dimana peningkatan plasma darah lebih besar memberikan efek pengenceran darah (hydremia) karena terdapat sedikit sel darah merah dalam setiap liter darah sehingga ditemukan kadar hemoglobin menjadi berkurang. Pengenceran darah dalam hal ini merupakan hal yang fisiologis sebagai bentuk penyesuaian.
Proses hemodilusi meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat. Hidremia, menyebabkan cardiac out put meningkat dan kerja jantung diperingan apabila viskositas darah menjadi rendah, resistensi perifer menurun dan tekanan darah arteri menurun serta membuat perfusi jaringan plasenta lebih mudah. Proses ini puncaknya pada usia kehamilan 32-36 mgg. Hal ini membantu dalam proses kehilangan zat besi pada saat kehilangan darah pada persalinan dan nifas (Prawirohardio, 2002: 32).
Pada kehamilan kebutuhan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah ibu 500 mgr fe, plasenta 300 mgr fe dan untuk darah janin 100 mgr fe. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya zat besi selama kehamilan. Proses hemodelusi di atas akan menjadi hal patologis bila asupan zat gizi yang kurang dan malabsorbsi. Asupan gizi yang kurang dan malabsorbsi akan menyebabkan ketidakseimbangan sehingga berdampak pada penurunan hemoglobin darah. Apabila asupan gizi cukup dan tidak terjadi malabsorbsi tapi terjadi perdarahan ataupun pada penyakit kronik maka akan terjadi penurunan Hb yang berarti hal ini menyebabkan anemia yang mempersulit kehamilan.
f. Tanda dan Gejala
Tanda, dan gejala, anemia (Varney, 2001 : 152)
1) Merasa, lelah dan mudah mengantuk
2) Pusing dan lemah
3) Lesu
4) Pandangan berkunang-kunang
5) Mengeluh sakit kepala
6) Merasa tidak enak badan
7) Nafsu makan menurun
8) Pica (selera ma.kan yang luar biasa/ selama abnormal dalam kehamilan)
9) Mual muntah yang hebat pada hamil muda.
10) Nafas pendek pada anemia berat
g. Pengaruh anemia pada kehamilan, persalinan dan nifas
Anemia dalam kehamilan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap ibu hamil maupun janin yang dikandungnya baik masa kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu (Manuaba, 1998 : 31-32) :
1) Pengaruh anemia pada, kehamilan
a) Dapat terjadi abortus
b) Persalinan premature
c) Hambatan pada tumbuh kembang janin
d) Mudah terjadi infeksi
e) Ancaman decompensasi cordis (Hb dibawah 6 gram %)
f) Mola hidatidosa
g) Hyperemesis gravidarum
h) Perdarahan antepartum
i) Ketuban pecah dini
2) Pengaruh anemia pada persalinan
a) Gangguan his kekuatan mengejan.
b) Kala I dan kala II lama sehingga dapat melelahkan dan sering menimbulkan tindakan operasi
c) Kala urin dapat disertai dengan retensio plasenta, dan perdarahan post partum
3) Pengaruh anemia pada, nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partum
b) Memudahkan infeksi
c) Produksi ASI berkurang
d) Terjadi dekompensasi mendadak setelah persalinan
e) Anemia kala nifas mudah terjadi infeksi.
h. Pencegahan dan Pennfiggulangan
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data- data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit (Manuaba, 2002 : 32).
Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat ferrosus atau glukonas dan sayur-sayuran mengandung banyak mineral serta vitamin (Prawihardjo, 2002 : 453).
Apabila pada pemeriksaan Hb < 10 gram%, maka wanita hamil dapat dianggap menderita anemia defisiensi besi. Pengobatan dimulai dengan preparat besi peroral. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 m1 mg sehari, seperti sulfat ferrosus atau glukonas ferosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 gr/100 ml atau lebih asal masih cukup waktu sampai janin lahir. Pengobatan parenteral diberikan apabila penderita tidak tahan akan zat besi peroral, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau kehamilan sudah tua (Prawirohardjo, 2002 : 452-453).


2. Karakteristik Ibu hamil yang mempengaruhi kejadian Anemia
a. Faktor internal
1) Pendidikan
Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan kepada sasaran. Pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar pengetahuan dan semakin mudah mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang. Pengetahuan dipengaruhi pendidikan dan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal.

3. Haemorhogi Post Partum
a. Pengertian Haemorhagi Post Partum
Haemorhogi Post Partum adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir, perdarahan post partum dibagi 2 :
1) Perdarahan Post Partum Primer (perdarahan pasca persalinan dini).
2) Perdarahan Post Partum sekunder (perdarahan masa. nifas) terjadi setelah itu (Arief Mansjoer, 1999).
Pengertian Haemorhagi Post Partum menurut (Sarwono Prawiroohandjo, 2002) adalah perdarahan pervaginam melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan Pasca Persalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :
1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebesarnya, kadang-kadang hanya setengah dari sebenarnya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebesar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan dilantai.
2) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia.
3) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu berapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi shock.
b. Faktor penyebab Haemorhagi Post Partum
Faktor yang mempengaruhi antara lain : ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilannya, memeriksakan kehamilan tetapi tidak teratur, atonia uteri retensio plasenta, ruptur uteri, inversio uteri, trauma jalan lahir dan gangguan sistem pembekuan darah, faktor predisposisi yang harus dipertimbangkan adalah riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya, multiparitas, perdarahan ante Partum, dan partus lama. (Arief Mansjoer, 1999).
c. Tanda Gejala dan Diagnosis
Tabel I
Tabel Tanda Gejala dan Diagnosis Perdarahan Pasca Persalinan
Gejala dan tanda yang selalu ada
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
Diagnosis kemungkinan
· Uterus tidak berkontraki dan lembek
· Perdarahan segera setelah anak lahir (Perdarahan Pasca persalinan Primer)
· Syok
Atonia uteri
· Perdarahan segera
· Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
· Terus kontraksi baik
· Plasenta lengkap
· Pucat
· Lemah
· Menggigil
Robekan plasenta
· Plasenta belum lahir setelah 30 menit
· Perdarahan segera
· Uterus kontraksi baik
· Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
· Inversio uteri akibat tarikan
· Perdarahan lanjutan
Retensio plaenta
· Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap
· Perdarahan segera
· Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
Tertinggalnya sebagian plasenta.
· Uterus tidak teraba
· Lumen vagina terisi massa
· Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
· Perdarahan segera
· Nyeri sedikit atau berat
· Syok neurogenik
· Pucat dan limbung
Inversio uteri
· Sub involusi uterus
· Nyeri tekan perut bawah
· Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Perdarahan sekunder atau P2S. Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi)
· Anemia
· Demam
Perdarahan terlambat Edometritis atau sisa plasenta (terinfeksi atau tidak)
· Perdarahan segera (Perdarahan intraabdominal dan/atau vegium)
· Nyeri perut berat (kurangi dengan ruptur)
· Syok
· Nyeri tekan perut
· Denyut nadi ibu cepat
Robekan dinding uterus (Ruptura uteri)

d. Penanganan
1) Mintafah Bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan pgaat darurat.
2) Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu tubuh).
3) Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut karena status wanita tersebut dapat memburuk dengan cepat. Jika terjjadi syok, segera mulai penanganan syok.
4) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik :
a) Lakukan Pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif
b) Berikan 10 unit oksitosin I.M
5) Pasang infus cairan I.V
6) Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar-masuk.
7) Periksa kelengkapan plasenta.
8) Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum
9) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku dan darah
10) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar Hemoglobin :
a) Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat) :
Berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg DITANBAH asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
b) Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg DITAMBAH asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama, 6 bulan;
c) Pada daerah endemik pacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 20%) : berikan terapi :
(1) Albendasol 400 mg per oral sekali;
(2) Atau mebendasol 500 mg per oral sekali atau 100 mg dua kali sehari selama 3 hari.
d) Pada daerah endemik tinggi cacing gelang (prevalensi sama atau lebih dari 500%), berikan terapi dosis tersebut selama 12 minggu setelah dosis pertama.